in

15 Ramadan: Agama sebagai Jalan Tengah Menjalani Kehidupan

15 Ramadan
Renungan

Agama telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Meski tidak semua orang memilih untuk mempercayainya, fitrah ketuhanan yang melekat pada setiap insan sejatinya mengarahkan manusia kepada kebaikan. Sejak zaman Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW, ajaran agama selalu berfokus pada dua aspek utama: hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama.

Dalam konteks kehidupan sosial, agama memiliki peran yang sangat vital. Seperti sabda Rasulullah SAW, “Agama adalah nasehat.” Hadits ini menegaskan bahwa agama bukan sekadar ritual ibadah, tetapi juga merupakan panduan dalam membangun relasi yang harmonis dengan sesama manusia. Agama seharusnya menjadi perekat dan pemersatu umat, bukan pemicu perpecahan.

Seorang yang benar-benar memahami ajaran agamanya akan semakin menghargai orang lain, lebih penyayang, serta memiliki solidaritas kemanusiaan yang tinggi. Keberagamaan seseorang dapat terukur dari seberapa besar manfaat yang ia berikan bagi lingkungan sekitarnya. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW menyatakan, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain.” Hal ini menunjukkan bahwa kebermanfaatan sosial lebih diutamakan dibandingkan sekadar ibadah individu atau status sosial.

Presiden keempat Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), pernah mengatakan bahwa jika seseorang dalam beribadah masih merasa terganggu dengan simbol agama lain, maka itu pertanda bahwa keimanan orang tersebut belum sempurna. Pandangan ini menegaskan bahwa agama seharusnya menjadi sarana untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, bukan alat untuk menciptakan permusuhan. Prinsip “Lakum Diinukum Waliyadiin”—bagimu agamamu, bagiku agamaku—menjadi pedoman dalam menjaga toleransi antarumat beragama.

Memasuki bulan suci Ramadhan, anjuran untuk umat Islam diajak adalah bagaiamana lebih mendekatkan diri kepada Tuhan melalui ibadah mahdah (ritual). Namun, aspek ibadah ghairu mahdah (sosial) juga tak kalah penting. Berbagi dengan kaum fakir miskin, memperbanyak infaq, zakat, dan shadaqah menjadi refleksi nyata dari nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan sehari-hari. Ramadhan sejatinya bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang meneguhkan komitmen untuk selalu menebar kebaikan.

Dengan demikian, agama bukan sekadar identitas atau simbol, tetapi cerminan diri dalam berinteraksi dengan sesama. Keberagamaan yang sejati terlihat dari sejauh mana seseorang mampu menjadi rahmat bagi lingkungannya. Sebuah ajaran yang tetap relevan yang dalam kehidupan bermasyarakat sangat kita butuhkan.[*]

What do you think?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Minyak Kita

Ditemukan Minyak Goreng ‘Minyak Kita’, Tak Sesua Isi Kemasan di Pasar Sentral Polewali

Pencurian Kelapa

5 Remaja Terlibat Kasus Pencurian Kelapa Diselesaikan dengan Damai