Hasad adalah salah satu sifat tercela yang kerap menjangkiti manusia. Sifat ini dapat menjadi karakter yang mencirikan perilaku seseorang apabila tidak dikendalikan.
Orang yang dikuasai oleh hasad akan dipenuhi rasa iri, dengki, dan kebencian, sehingga kehidupannya pun dipenuhi dengan energi negatif.
Apapun yang dilakukan orang lain akan selalu tampak buruk di matanya. Ia melihat kesuksesan atau kebahagiaan orang lain sebagai sesuatu yang mengganggu dan berusaha mencari-cari kesalahan mereka.
Bahkan, dalam beberapa kasus, seorang yang hasad menginginkan orang yang ia benci mengalami celaka. Hal ini dapat berujung pada perbuatan buruk seperti ghibah (menggunjing) dan fitnah, yaitu menyebarkan berita buruk mengenai orang lain, baik yang benar maupun tidak.
Bahaya Hasad bagi Kehidupan
Seseorang yang memiliki sifat hasad hatinya akan selalu gelisah. Kegelisahan itu bukan disebabkan oleh kekurangan dalam dirinya semata, melainkan karena kelebihan yang ada pada orang lain.
Bukannya berusaha memperbaiki diri, ia justru lebih fokus pada kelebihan orang lain, sehingga membuatnya semakin iri dan dengki.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW mengingatkan:
_“Jauhilah olehmu sifat hasad, karena sesungguhnya hasad itu dapat menghilangkan segala kebaikan sebagaimana api yang membakar kayu yang kering.” (HR. Abu Dawud)
Sifat hasad dapat merusak hati seseorang dan membuatnya kehilangan kebahagiaan. Bahkan, jika tidak segera diatasi, hasad bisa menjadi lebih merusak dibandingkan bencana alam.
Tsunami yang pernah melanda Aceh dan Palu, meskipun begitu dahsyat, masih bisa diatasi dan ditata kembali. Namun, sifat hasad dapat menghancurkan segala amal kebaikan seseorang dan meninggalkan kehancuran dalam jiwanya.
Perlindungan dari Hasad
Karena bahayanya yang begitu besar, Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa berlindung kepada Allah dari sifat ini. Sebagaimana dalam Surat Al-Falaq ayat 1-5:
_Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai Subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan peniup-peniup pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” (QS. Al-Falaq: 1-5)
Selain itu, Islam hanya membolehkan hasad dalam dua kondisi, yaitu kepada orang yang dianugerahi harta lalu menafkahkannya di jalan Allah dan kepada orang yang diberi ilmu lalu mengamalkan serta mengajarkannya kepada orang lain. Rasulullah SAW bersabda:
_“Tidak dibenarkan hasad kecuali dalam dua hal; terhadap seseorang yang diberi anugerah oleh Allah berupa harta lalu dia menafkahkannya di jalan yang benar, dan terhadap seseorang yang diberi anugerah ilmu oleh Allah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan kata lain, iri yang diperbolehkan dalam Islam adalah iri terhadap kebaikan yang dimanfaatkan untuk orang lain, bukan terhadap kekayaan atau ilmu itu sendiri.
Menghapus Hasad di Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan menjadi momen yang tepat untuk membersihkan hati dari sifat hasad. Ramadhan mengajarkan kita untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, melatih kesabaran, serta menebar kebaikan kepada sesama.
Puasa menjadi sarana untuk melembutkan hati, mengikis rasa iri dan dengki, serta memperkuat hubungan sosial yang harmonis.
Dengan menjalankan ibadah Ramadhan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, kita dapat menghindari sifat hasad dan menggantinya dengan hati yang tulus serta penuh kasih sayang. Inilah keberkahan sejati dari bulan Ramadhan: menjadikan hati lebih bersih dan kehidupan lebih damai.[*]