Internasional
Perdana Menteri Selandia Baru, Christopher Luxon, dalam peringatan enam tahun serangan teror di masjid Christchurch, menegaskan pentingnya menghadapi kekuatan yang menyebabkan tragedi tersebut.
“Saat kita merenungkan hari ini, kita juga harus menghadapi kekuatan yang berkontribusi pada tragedi ini,” ujar Luxon dalam acara Unity Hui, seperti dikutip dari Radio New Zealand.
Ia menambahkan “Islamofobia, seperti semua bentuk kebencian lainnya, tidak memiliki tempat di Selandia Baru. Kita memiliki tanggung jawab untuk menentangnya di mana pun. Baik dalam kata-kata, kebijakan, maupun dalam diam yang memungkinkan prasangka berkembang.”
Serangan yang terjadi pada 15 Maret 2019 dilakukan seorang teroris supremasi kulit putih asal Australia.
Dengan menggunakan senjata semi-otomatis, ia menewaskan 51 Muslim dan melukai 40 lainnya di Masjid Al Noor dan Pusat Islam Linwood, Christchurch.
Tanggal 15 Maret juga telah ditetapkan Majelis Umum PBB sebagai “Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia” sebagai bentuk penghormatan terhadap para korban.
Luxon menegaskan tidak seorang pun seharusnya merasa tidak aman karena “kepercayaan, nama, atau cara mereka beribadah.”
Ia juga menyoroti pentingnya menentang kebencian melalui kebijakan serta keterlibatan aktif di dalam komunitas.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Federasi Asosiasi Islam Selandia Baru, Abdur Razzaq. Meminta kepada pemerintah agar tidak melonggarkan larangan terhadap senjata semi-otomatis. Hal ini menyusul rencana revisi Undang-Undang Senjata yang pemerintah Selandia Baru tengah kaji.
Sementara itu, Pakistan, melalui pernyataan Menteri Luar Negeri Ishaq Dar. Menegaskan komitmennya untuk mempromosikan toleransi, harmoni, dan saling menghormati antaragama serta budaya.
Ishaq menyerukan komunitas internasional untuk mengambil langkah nyata dalam mereformasi undang-undang diskriminatif. Memerangi ujaran kebencian, dan mendorong dialog antaragama yang lebih tulus guna membangun rasa saling menghormati.
Malaysia juga menyuarakan komitmennya dalam memerangi Islamofobia. Dalam pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri, Kuala Lumpur mendukung pengangkatan segera utusan khusus PBB untuk menangani Islamofobia.
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, turut memberikan pernyataan resmi. Ia menegaskan bahwa Islamofobia tidak memiliki tempat di negaranya dan Canberra akan “memeranginya dengan kekuatan hukum sepenuhnya.”
“Australia berdiri teguh menentang segala bentuk kebencian dan permusuhan terhadap komunitas Muslim,” kata Albanese.[*]
Sumber: Anadolu*