Menilik Liang Batu, Makam Kuno Suku Pattae

Menilik Liang Batu
Peti di lokasi liang, tempat mayat di semayamkan (photo www.pattae.com 2018)

Menilik Batu Liang, bukan hal yang baru dibahas oleh segenap pecinta budaya kuno. Sebelumnya, makam kuno tersebut sudah terjadi di masyarakat suku Toraja, Sulawesi Selatan, ribuan tahun lalu yang hingga kini, masih dilaksanakan. Dibeberapa wilayah juga pernah terjadi hal yang serupa meski tak berlangsung hingga sekarang.

Di Sulawesi Barat, terdapat salah satu etnis yang juga menjadikan batu liang sebagai wadah orang yang baru meninggal disemayamkan. Salah satunya adalah suku Pattae, yang mendiami wilayah pengunungan pulau Sulawesi bagian Barat.  

Suku tersebut masih memiliki hubungan erat dengan suku Toraja yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Baik secara geografis maupun budaya dan bahasa yang digunakan.

Di suku pattae sendiri. Sebelum masuknya pengaruh islam, yang dibawah oleh Syeh Kamaluddin, atau masyarakat setempat mengenalnya dengan sebutan To Salama (Baca: Tosalama Sang Pembawa Ajaran Islam Pertama di Tanah Pattae). Mereka memeluk kepercayaan yang disebut “Aluk Todolo”. Salah satu cara yang digunakan dalam kepecayaan tersebut, yaitu mengubur orang yang sudah meninggal dengan cara meletakkannya ke dalam lubang batu (liang).

Suku pattae yang ada di wilayah Binuang, terdapat dua titik batu liang yang ditemukan warga setempat. Liang tersebut terletak di Dusun Penanian Baru (Talebo) desa Batetangnga, dan desa Mirring, dusun Tappina, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar, Sulbar. Kedua liang itu, semuanya berada di puncak gunung.

Liang yang ada di dusun Penanian Baru terdapat juga beberapa situs bersejarah lainnya, seperti Tombag Tedong, Batu Kadera (kursi batu), dan Eran Batu (tangga batu). Menurut masyarakat setempat. Sekitar tahun 1970-an, masih ditemukan tengkorak dan tulang belulang manusia, berserakan diantara bongkahan batu yang berbentuk ceruk.      

Pada tahun 2014, tim Arkeolog dari Universitas Hasanuddin mencoba mengecek lokasi tersebut. Namun, tengkorak dan tulang belulang manusia di lokasi liang, sudah tak ada lagi.

Menilik Batu Liang di Desa Mirring 

Menilik batu liang
Peti tempat mayat di letakkan. Foto Tim Ekspedisi Pattae.com tahun 2018

Penelusuran tentang liang batu juga pernah dilakukan tim pattae.com yang berlokasi di desa Mirring, dusun Tappina tahun 2018 silam. Saya termasuk diantaranya, ikut dalam ekspedisi tersebut.

Makam kuno di desa Mirring, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar tidak beda jauh dengan yang ada di desa Batetangnga. Tempat untuk meletakkan si mayat di dua lokasi itu, terbilang sama, dengan bentuk batu yang mencolok masuk (ceruk). Jika kita menilik liang batu itu lebih jauh, perbedaan diantara keduanya hanya terletak pada bentuk dan ukuran batunya, serta benda yang digunakan untuk meletakkan mayat.

Liang Batu yang ada di bukit Talebo desa Batetangnganya, ukurannya kecil bila dibandingkan dengan Liang di puncak bukit Paken yang ada di desa Mirring. Selain itu, artefak-nya berupa peti mati kuno masih ada di liang batu hingga sekarang.

Ukuran batu liang yang ada di puncak gunung Paken, memiliki diameter ukup besar dengan ketinggian sekitar 10 meter lebih. Di area liang, nampak terlihat di kelilingi pepohonan liar berukuran besar. Liang tersebut diyakini menjadi tempat bersemayam-nya para leluhur suku Pattae.

Mengenai artefak di liang tersebut, masih terdapat 2 peti mayat yang terbuat dari kayu. Kedua peti itu, diduga kuat sebagai wadah masyarakat suku Pattae terdahulu, menaruh orang yang baru meninggal, lalu di letakkan di liang batu.

Dari penuturan warga sekitar, di lokasi liang tersebut pernah di temukan tengkorak dan tulang-belulang manusia dalam peti mayat yang usianya sudah mencapai ratusan tahun. Setelah di telusuri tim pattae.com, hanya menemukan 2 peti mayat di arae liang saja.

Warga setempat meyakini tengkorak manusia di liang tersebut masih ada. Namun, letaknya diatas puncak batu yang tak dapat di jangkau dengan peralatan seadanya.

Kondisi peti terbilang masih terjaga meski, sebagian sudah termakan usia sehingga di setiap sisinya terdapat lubang. bentuknya berupa peti mati pada umumnya, namun hasil pahatan diperkirakan masih menggunakan teknik kuno.

Segitu dulu informasi awal mengenai Liang batu yang ada di Binuang, Polewali Mandar. Saya berharap ada tim arkeolog yang bisa menelusuri lebih jauh. Baik dari situs makam kuno, maupun budaya masyarakat suku pattae tempo dulu.[*]