Syaithon pada saat mendapat kutukan karena lalai atas perintah Allah SWT. Untuk sujud kepada Adam pasca penciptaannya, telah berjanji dan bermufakat seluruh hidupnya diupayakan untuk menggoda manusia agar tergelincir dari rahmat dan kasih sayang Allah. Hal itu akan dilakukannya tanpa batas waktu, dan menjadikannya sebagai pekerjaan utamanya.
Dia (Syaithon) akan selalu mencari orang-orang yang dapat bermaksiat, berbuat dosa dan membuat kerusakan akhlaq di muka bumi. Syaithon akan sangat bergembira apabila manusia lalai dari perintah Allah. Lalai dari beribadah kepada Allah, tidak mematuhi norma dan aturan dari Allah.
Realitasnya, memang banyak manusia yang dapat digelincirkan oleh dia. Manusia bermaksiat dapat dilihat dimana-mana berzina, mencuri, merampok, korupsi, begal, mabuk-mabukan, konsumsi narkoba, pembunuhan dan sebagainya begitu muda didapatkan melalui pemberitaan bahkan kasat mata didepan kita.
Namun demikian ada hal yang menarik karena khusus bulan Ramadhan Allah telah mengekang dan merantainya untuk menghindarkan umat Muhammad dari pengaruh dan ajakan terkutuk syaithon sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِيْنُ
“Ketika masuk bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu (neraka) Jahanam ditutup serta setan-setan dirantai”.
Hadis riwayat imam al Bukhari dari jalur sahabat Abu Hurairah tersebut menginformasikan kepada kita tentang tiga hal kemuliaan di bulan Ramadhan. Pertama, ketika memasuki bulan Ramadan, maka pintu-pintu surga akan dibuka. Kedua, Ketika memasuki bulan Ramadan juga pintu-pintu neraka Jahanam akan ditutup. Ketiga, setan-setan yang mengganggu manusia akan dirantai dan dibelenggu di bulan Ramadan.
Namun, kalau melihat kenyataan sehari-hari ternyata masih banyak kemaksiatan yang merajalela selama bulan Ramadhan. Masih ada kasus pencurian, pembunuhan, mabuk-mabukan, perzinaan dan sebagainya.
Bukankah di dalam hadits tersebut Rasulullah SAW. Mengatakan, setan telah dirantai dan dikekang, tetapi kenapa kemaksiatan masih terus berjalan.?
Inilah yang perlu dipahami oleh umat Islam bahwa syaithon telah dikekang dan dibelenggu dalam bulan Ramadan tetapi, itu hanya dikhususkan kepada orang-orang yang berpuasa secara sempurna. Sementara orang yang tidak melakukan puasa, menurut adab dan aturannya apalagi tidak berpuasa, maka itu artinya tidak ada upaya dan ikhtiar untuk menghindari godaan.
Syaithon tetap akan berjalan terus bahkan mungkin lebih dahsyat lagi godaan itu, karena syaithon tidak akan rela dan ridha kalau umat Muhammad mendapatkan pahala dan keberkahan bulan ramadan dimana pahala kebaikan akan dilipat gandakan oleh Allah Swt.
Syaithon dikekang dan dirantai adalah merupakan makna majazi dari ritual puasa yang tidak memberi ruang kepada syaithon sedikitpun untuk bercokol dalam diri orang yang berpuasa dan mustahil syaithon dapat menggoda nya. Kenapa? karena orang yang berpuasa berupaya semaksimal mungkin untuk mengelolah nafsunya tetap dalam ridha dan kasih sayang Allah.
Orang yang berpuasa dengan baik, tidak akan mudah terpengaruh untuk mendurhakai Allah karena puasanya telah mengontrol dirinya. Puasanya telah menjadikan dirinya paripurna dalam hidayah dan petunjuk Allah.
Sementara orang yang tidak berpuasa, atau dia berpuasa tetapi tidak dapat mengolah nafsunya dari keinginan yang dilarang oleh Allah. Maka kemaksiatan akan jalan terus, syaithon akan bercokol dalam dirinya.
Oleh karena itu kita jaga puasa supaya memenuhi kaedah adab dan tuntunan nya sehingga nafsu terkendali. Nafsu menjadi tenang nafsu menjadi “muth’mainnah irji’I ila rabbiq” itulah makna syaithon di kekang dan dirantai dan itulah BERKAH RAMADHAN. Semoga…
Majene, 17 Mei 2019 M/ 12 Ramadan 1440 H