Berkah Hari Ke 13 Ramadan: Tentang Ruhnya Amal

Amal
Amal (Gambar: WallpaperCappe)

Dalam kehidupan sehari hari sering kita menjumpai kata ikhlas bahkan mungkin kita sendiri sering menggunakannya misalnya “Saya ikhlas memberikan ini kepada Anda” Kata ikhlas dalam penggalan ungkapan tersebut mengandung makna totalitas memberi tanpa mengharap balasan.

Namun demikian, perlu dipahami bahwa ikhlas itu tidak berdiri sendiri, tetapi diawali oleh dorongan dalam hati untuk melakukan perbuatan tersebut dan itulah ”Ruhnya Amal”, dalam kitab al Hikam karangan Ibnu ‘Athaillah mengatakan:

“Amal-amal itu semata bentuk-bentuk yang tampil, adapun ruh-ruh yang menghidupkannya adalah hadirnya sir ikhlas (cahaya ikhlas) padanya.”

Pernyataan tersebut sangat jelas menggambarkan bahwa amal yang tampak belum tentu menggambarkan isi hati pelakunya, sehingga kita jangan terkecoh dengan amal  yang tampak dan dapat didemontrasikan karena boleh jadi kelihatan baik tetapi dilamnya ada unsur riya’ingin dipuji, ingin disanjung, ingin mendapatkan pengakuan, sebaliknya jangan mudah mencela sesuatu yang kelitannya jelek, buruk dan hina karena boleh jadi tidak menggambarkan fisik yang kelihatan tetapi didalamnya sesuatu yang baik, mulia dan dicintai Allah SWT.

Alkisah: Suatu hari saat Rasulullah sedang berkumpul dengan sahabatnya, datanglah seorang wanita kafir membawa beberapa biji buah jeruk sebagai hadiah yang diberikan kepada Rasulullah Saw. Dengan mimik yang gembira Rasulullah mulai membuka jeruk tersebut untuk dimakan dan sesekali tersenyum kepada pemiliknya sebagai ungkapan terimakasih, sebiji demi sebiji hingga habislah semua jeruk itu.

para sahabat pun merasa heran karena kebiasaan Rasulullah ketika ada makanan maka ia berbagi dengan sahabatnya, sehingga ketika wanita itu pamit pada Rasulullah seorang sahabat memberanikan diri bertanya padanya apa gerakan yang membuat Rasul kali ini tidak berbagi, maka Rasulullah menjelaskan kepada sahabatnya bahwa jeruk tersebut sangat asam dan saya takut apabila kalian ikut makan, saya takut kalian akan mengenyitkan dahi dan memarahi wanita itu, saya takut hatinya tersinggung. Sebab itu saya habiskan.

Akhlak yang agung tersebut semata-mata karena ada cahaya ikhlas yang tertanam didalam hati. Sikap dan prilaku Rasulullah menjadi gambaran isi hatinya yang selalu ikhlas bahkan rela dalam kesusahan demi memberi mamfaat bagi orang lain, rela menyembunyikan sesatu yang kurang baik demi menyenangkan orang lain, rela menderita demi kebahagiaan orang lain. Inilah yang disebut “Sirr Ikhlas” yaitu cahaya khusus diberikan oleh Allah kepada hambanya yang dia cintai. Tidak ada amal yang agung yang dapat tegak kecuali Allah telah menanamkan “Ruh” berupa cahaya ikhlas yang menghidupkan amal dan akhlak yang tinggi.

Imam Hasan al-Basri pernah berkata: “Aku pernah bertanya kepada sahabat Hudzaifah ra. Tentang apakah ikhlas itu, dan beliau menjawab Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW. Ikhlas itu apa?,

Kemudian Nabi menjawab aku pernah bertanya pada Jibril dan ia menjawab Aku pernah bertanya pada Allah dan Ia berfirman: Ikhlas ialah rahasia diantara rahasia-rahasia-Ku yang kutitipkan di hati hamba-Ku yang Aku cintai”

Keikhlasan orang yang bersungguh-sungguh dalam ibadah dan amalperbuatan telah bersih dari riya’ sombong, takabbur yang tampak maupun tersembunyi, sedang tujuan amal ibadahnya dalam rangka mendapatkan pahala syurga dan ddiselamatkan dari api neraka.

Sementara, keikhlasan orang yang dicintai Allah, ia beramal karena mengagungkan Allah, karena hanya Allah satu-satunya dzat yang wajib diagungkan. Pahala surga dan siksa neraka tidak menjadi tujuannya itulah yang terjadi pada Sayyidah Rabi’atul ‘Adawiyah dalam ungkapannya:

”Aku beribadah kepada-Mu bukan karena takut neraka-Mu dan juga bukan karena cinta Syurga-Mu.”

Sira Ikhlas tersebut sejalan dengan tarbiyah puasa dimana didalam ajaran puasa menghilangkan ritual fisik secara lansung, sehingga sulit membedakan orang puasa sungguhan dengan orang yang puasa pura-pua karena puasa tidak dapat dilihat tetapi ia kerja hati, puasa mengasah kaikhlasannya untuk beribadah hanya kepada Allah itulah RUHNYA AMAL dan inilah “Berkah Ramadhan”. Semoga…

Majene, 18 Mei 2019 M/ 13 Ramadan 1440 H