Berkah Hari Ke 24 Ramadan: Hutang Abadi

Hutang Abadi ke Orang Tua
Hutang Abadi

Dalam mengawali kehidupan manusia sudah barang tentu tidak terlepas dari jasa dan kehadiran kedua orang tua yang tidak pernah lelah, tidak ada keluh kesah.

Tidak mengenal waktu pergi pagi pulang sore bahkan bisa malam, panas terik matahari atau dingin-nya air hujan menjadi bagian keseharian-nya dalam mencukupi nafkah buat keluarga dan anak yang disayanginya.

Semua hal tersebut dilakukan karena bentuk tanggung jawab dan kasih sayang yang tiada bertepi dari kedua orang tua kepada anak.

Namun demikian seiring dengan perjalanan waktu kedua orang tua ada masa produktif dan masa dimana fisik menjadi lemah dan rentah, maka dalam kondisi ini seorang anak pada hakekatnya diberi kesempatan oleh Allah Swt.

Untuk membalas jasa dan kasih sayang orang tuanya. Karena itu menjadi ke syukuran bagi seseorang ketika anak dapat menjumpai orang tuanya dalam kondisi renta sebab pada saat itulah pengabdian dapat dilakukan.

Namun demikian, banyak kita jumpai seorang anak tidak memperhatikan orang tuanya bahkan mereka tega menitipkan di panti jompo karena alasan kesibukan, pekerjaan, repot, menyusahkan dan sebagainya.

Sebuah kisah terjadi pada jaman Rasulullah Saw. seorang datang mengadu kepada Nabi tentang bapaknya yang mengambil hartanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya karena orang tuanya telah rentah dan tidak dapat bekerja lagi.

Kemudian, Rasulullah memerintahkan untuk memanggil orang tua tersebut menemui Rasulullah dan beliau bertanya: “Kenapa kamu mengambil harta anakmu?”

Orang tua tersebut menjawab: “Dulu, ketika aku masih kuat, semua harta yang kuperoleh untuk anakku.

“Aku mencari nafkah tanpa mengenal waktu demi untuk anakku. Namun sekarang, Ya Rasulullah, aku tidak memiliki lagi kemampuan.”

Aku tidak memiliki lagi kekuatan untuk memenuhi hidup ku, maka aku ambil harta anakku demi untuk bertahan hidup.”

“Apakah salah ya Rasulullah?” Tanya orang tua itu. Nabi pun menjawab: “Engkau tidak salah bahkan engkau dapat menghabiskan harta anakmu sebagaimana dalam sabdanya:”

عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده قال جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه و سلم فقال إن أبي اجتاح مالي. فقال:( أنت ومالك لأبيك ) وقال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( إن أولادكم من أطيب كسبكم . فكلوا من أموالهم )

Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakek ayahnya yaitu Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash, ada seorang yang menemui Nabi lalu mengatakan, “Sesungguhnya ayahku itu mengambil semua harta ku.” Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau dan semua hartamu adalah milik ayahmu.” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya anak-anak kalian adalah termasuk jerih payah kalian yang paling berharga. Makanlah sebagian harta mereka.” (HR. Ibnu Majah)

Peristiwa tersebut diatas menjadi pembelajaran bahwa orang tua pada masa rentah-nya ,menjadi kewajiban buat anak dalam mengurusnya dengan kasih sayang. Seperti juga ketika mereka mendidik dan membesarkan anak dengan penuh kasih sayang.

Menyayangi, dan menjaganya ketika sudah rentah tidak akan mampu membayar dari kasih sayang yang telah diberikan kepada kita kala kecil. Nafkah dan didikan yang diberikan dengan tulus ikhlas tanpa batas menjadi utang abadi yang tidak akan terbayarkan.

Oleh karena itu bagi mereka yang diberi kesempatan mendapati orang tua yang telah rentah, terutama dalam Ramadhan ini. Maka seyogyanya, mereka selalu digembirakan, di jaga, disayangi karena hanya dengan hal tersebut kita akan dapatkan keberkahan dari Allah dan menjadi BERKAH RAMADHAN. Semoga…

Majene, 24 Ramadan 1440 H