Ditulis oleh: H. Adnan Nota
Celengan adalah sebuah benda yang disematkan kepada wadah atau tempat memasukkan uang sumbangan yang ditempatkan di dalam masjid tetapi bukan bendanya (celengan) yang akan kita bicarakan melainkan dana sumbangan yang terkumpul didalamnya.
Ada pertanyaan sederhana kaitan dengan isi celengan: “Nominal uang berapakah yang mendominasi isi celengan?.” Untuk menjawabnya kita simak anekdot celengan:
“Suatu saat tampa disengaja ketemu uang recehan (Rp.1000, 2000 & 5000) dengan uang besar (Rp.50.000 & 100.000)”.
Uang recehan mengeluh dan pusing karena tempat nongkrongnya bersama dengan penjual sayur, penjual ikan, parkiran, penjaga WC. Umum, peminta-minta dan orang pinggiran lainnya. Kemudian keluhan itu didengar oleh uang besar dan langsung meledeknya “kacian de loo” uang besar.
Lanjut cerita, bahwa dia baru saja dibawa oleh artis dari mall, diskotik, bioskop, restoran dan hotel betapa indah dan enaknya uang besar. Tiba-tiba uang recehan nyeletuk: Jangan bersedih teman-teman saya baru ingat ada tempat yang mulia dimana kita yang mendominasi disana.
Dengan bersemangat, uang recehan lanjut bercerita bahwa dimesjid dikala celengan berputar, maka hampir semua jama’ah mencari kita dan memasukkannya ke tempat mulia itu (celengan) dan hampir tidak ada uang besar.
Anekdot celengan diatas mengingatkan kita bahwa harta yang dimiliki seharusnya menjadi fasilitas yang akan mensejahterahkan kelak diakhirat, bukan dengan mengumpulnya didunia, bermega-megahan, boros, konsumtif dan terkesan demonstratif dalam rangka mendapatkan pengakuan elit.
Harta adalah ujian dan titipan Tuhan bagi yang cerdas memaknai itu, maka anekdot celengan diatas tidak berlaku, tetapi bagi mereka yang memperturutkan nafsu, maka harta akan menjadi tujuan hidupnya, harta akan menjadi tuhannya, harta akan menjebaknya agar lupa tujuan hidup. Allah SWT. berfirman Qs. Ali Imran: 92
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagiaan harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”. (Qs. Ali Imran: 92).
Syaikh Abdurrahman as Sa’di berkata, “Ayat ini adalah anjuran dari Allah kepada para hamba-Nya untuk ber-infaq di berbagai jalan kebaikan. Allah menyatakan kalian tidak akan meraih al-birr’, yaitu setiap kebaikan berupa berbagai ketaatan dan ganjaran yang mengantarkan pelakunya ke surga, hingga kalian meng-infaq-kan apa yang kalian cintai,” yaitu harta-harta kalian yang berharga, yang disenangi oleh jiwa-jiwa kalian.
Jika kalian lebih mendahulukan kecintaan kepada Allah dari pada kecintaan kepada harta, lalu kalian mengeluarkannya dengan tujuan menggapai keridhaan-Nya, hal itu menunjukkan keimanan yang jujur, ketaatan hati dan juga kebenaran taqwa kalian. Ayat ini menunjukkan bahwa seorang hamba dinilai ketaatannya berdasarkan harta kesenangannya yang dia infaqkan semakin sedikit, maka itulah gambaran ketaqwaannya yang tipis.
Ramadhan menjadi momentum untuk memperbaiki diri dalam berinvestasi untuk urusan agama dengan cara membelanjakan harta kita pada jalan Allah dengan cara menyantuni fakir miskin, membangun rumah ibadah, membangun pesantren, membangun kepentingan dan masalah umum karena hanya dengan cara itu hidup akan berkah, harta akan berkah dan itulah berkah ramadhan. Semoga…
Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang Polman
12 Mei 2019/ 7 Ramadan 1440 H