Sesak rasanya dada ini, pilu dan sedih hati ini melepas engkau Ramadan. Tidak terasa engkau telah meninggalkan kami dan belum tahu apa bisa bertemu kembali.
Engkau telah meninggalkan begitu banyak cerita cinta, shalat tarawih, shalat tasbih, tobat, tàhajjut dan qiyamul lail merupakan kebersamaan indah kita. Shodaqah, infaq dan zakat juga tanda sayang dan kepatuhan cinta kami.
Oleh karena itu sampaikan pada Tuhan kami Allah SWT, kami rindu ingin bertemu kembali Ramadan, kami ingin mendapat keberkahan Ramadan, dan kami ingin masuk dalam golongan orang-orang muttaqien.
Besok tepatnya Rabu 5 Mei 2019 umat muslim tumpah ruah menuju ke tempat pelaksanaan id langgar, mesjid, lapangan menjadi tempat pelaksanaan shalat idul fitri sebagai tanda Ramadan telah pergi, ungkapan syukur berupa kalimat takbir, tahlil dan tahmid akan menyertai kepergian Ramadhan. Dan akan kami lanjutkan dengan saling ber-silaturrahim, bermaafan dengan bumbu “Minal A’idin Walfa’izin Mohon Maaf Lahir dan Batin”.
Kalimat minal a’idin walfa’izin mohon maaf lahir batin. Dua kalimat yang berbeda dan bukan artinya, tetapi sangat berhubungan karena makna yang luar biasa. Kalimat “minal a’idin walfa’izin” bermakna kita telah datang dari perjuangan yang begitu dahsyat dan sekarang kita menuju kemenangan. Sedangkan “mohon maaf lahir dan batin”, mengandung makna untuk saling mengikhlaskan dari silang sengketa sehingga kita kembali fitrah.
Akhirnya, penulis menyampaikan permohonan maaf atas terbitnya tulisan ini selama 30 edisi dan setiap saat kami mang upload ke medsos mungkin ada yang tidak berkenan.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Radar Sulbar atas diterbitkannya tulisan ini.
“Minal A’idin Wal-Faizin Mohon Maaf Lahir dan Batin”.
Taqab balallah Minna Wa Minkum, Taqabbal Yaa Kariim. Waja’alanallah Wa Iyyakum Minal ‘Aa-idiin Wal Faa-iziin, Wal Maqbuuliin. Kullu ‘Aam Wa Antum bi-khair
30 Ramadan 1440 H
Pimp. Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang
H. Adnan Nota
