PaTTaE.com | Mahasiswa Pattae dengan mengusung tema Mammesa tang sisarak, Mammase tang Mappattu melakukan deklarasi Serumpun. Sumpah Pattae Berlangsung dengan khidmat.
Berangkat dari krisis identitas budaya serta kegelisahan tentang eksistensi etnis yang semakin tergerus oleh roda zaman. puluhan mahasiswa mencoba mengukir sejarah baru dan dengan bangga memperkenalkan budaya dan bahasa ibunya, bahasa Pattae’.
Puluhan mahasiswa dari berbagai macam kampus dan daerah rukun didalam forum deklarasi tersebut. Pengukuhan pengurus Organisasi Kedaerahan SUMPA PATTAE tepat di Aula TPI Cempae, Soreang Parepare, Rabu 24 Oktober 2018.
Tidak hanya dihadiri oleh anggota SUMPA PATTAE, tetapi forum deklarasi dan pengukuhan ini juga dihadiri oleh organisasi-organisasi kedaerahan lainnya, salah-satunya IPMM Pangkep, HIPMAT Tanah Bumbu Kalimantan, IPMAL Letta Pinrang, APPM Polman, dll.
Deklarasi Mahasiswa dan Pelajar Pattae
Acara dimulai dengan pembukaan kemudian lantunan ayat suci Al Quran oleh salah-satu panitia. selanjutnya, pengukuhan 25 orang pengurus periode 2018-2019. Acara kemudian berlanjut pada sambutan dan wejangan dari para pendiri dan dewan pembina SUMPA PATTAE.
Abdullah, menyampaikan, organisasi lokal bukan berarti gerakannya lokalitas, generasi millennial seharusnya mampu berangkat dari level etnis untuk persaingan global. Ia juga menambahkan organisasi lokal yang dibangun secara baik akan memberi dampak ke dunia.
“salah-satu target kedepan, era millennial ini harusnya mempu menciptakan kreatifitas lokal yang unik untuk mendunia. karena pasar dunia sekarang cenderung pada komoditi lokal dan wadah yang harusnya menaungi dan memulai ialah salah-satunya seperti SUMPA PATTAE atau organisasi lokal”, terang Abdullah, selaku Pembina SUMPA PATTAE’.
“pekerjaan rumah diawal salah-satunya ialah bagaimana kemudian anak-anak SUMPA PATTAE memulai dari melakukan ekspedisi dalam mencatat sejarah dari etnis Pattae itu sendiri. dan diharapkan outputnya bisa menambah catatan literasi etnis Pattae, yang bahkan bisa dijadikan arsip”, sambung Abdullah.
Hamka selaku penggagas menjelaskan beberapa poin tentang hal-hal yang melatarbelakangi pendirian hingga pendeklarasian SUMPA PATTAE;
“kami melihat adanya krisis identitas, saya melihat di lapangan teman-teman terkadang malu menggunakan bahasa ibunya. pun ketika menggunakannya ada beberapa kelompok yang mengklaim bahwasanya itu bahasa, Toraja, Enrekang, dll. Padahal, secara konstruk bahasa kita berbeda”.
“Kedua, tidak adanya wadah yang bisa mensosialisasikan etnis Pattae ini. dan juga bagaimana menciptakan ruang pengembangan bagi mahasiswa-mahasiswa Pattae terkhusus di Kota Parepare”, tegas Hamka.
Acara kemudian ditutup dengan mencicipi hidangan ala kadarnya dari panitia, selanjutnya Abd. Azis sebagai Ketua Umum yang terpilih dan pengurus lainnya langsung berembuk dalam rapat kerja.
Report : Ame’