POLEWALI,- Memasuki tahun ajaran baru, sejumlah sekolah di Polewali Mandar (Polman) menggelar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan tatap muka secara langsung.
Namun demikian, KBM digelar dalam skala kecil dan tersebar pada sejumlah rumah warga.
Seperti yang dilakukan para guru dan murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) 014 Sumberjo, di Desa Campurjo, Kecamatan Wonomulyo.
Kepala SDN 014 Sumberjo Samsul Huda mengungkapkan, keputusan melaksanakan kegiatan belajar mengajar tatap muka secara langsung. Dilakukan, setelah sebelumnya melakukan pertemuan dengan para guru dan orang tua murid,
“Sebelum ada kegiatan ini, kita adakan rapat internal antara guru dan orang tua. Kemudian, kita ada kesepakatan kita akan melaksanakan KBM secara luring,“ ujarnya kepada wartawan di kantornya, Jumat (17/07/20).
Menurutnya, pihak sekolah tidak ingin memberatkan para orang tua, yang selama ini mengeluhkan proses belajar mengajar secara daring. Karena terkendala sarana dan prasarana.
“Mengingat fasilitas yang tidak memadai. Kita juga tidak ingin memberatkan kondisi orang tua murid yang semakin susah dengan adanya dampak covid-19 ini,“ terang Samsul Huda.
Dia mengaku, dalam proses KBM, guru membagi kelompok dalam jumlah terbatas. Selain itu, guru juga wajib mendatangi murid
“Anak-anak dikelompokkan sekitar lima orang, adapun misalnya lebih dari 30 berarti harus enam hari. Ada juga yang sistemnya dalam sehari mendatangkan siswa murid sesuai jam pelajaran“ tandasnya Samsul Huda.
Pada kesempatan sama. Kepala Desa Campurjo Usman Padong mengaku mengapresiasi inisiatif pihak sekolah, menerapkan KBM tatap muka langsung , di tengah pandemi virus corona.
Proses KBM tatap muka ini mendapat sambutan antusias para murid. Mereka mengaku jenuh dengan proses belajar secara daring, yang sudah beberapa bulan diikuti dari rumah sejak pandemi virus corona melanda.
“Walau tidak nyaman karena harus belajar seperti ini karena ada virus corona, kami tetap senang, karena bisa berkumpul bersama teman. Kalau di rumah tidak nyaman, kalau ada yang ingin ditanyakan tidak bisa lantaran tidak ada guru “ ungkap Istina Azzahra dan Silifia, murid kelas VI.
Berdasarkan pantauan, proses belajar berkelompok ini dilakukan secara terpisah pada sedikitnya enam rumah warga di daerah itu. Setiap kelas yang terdiri dari sedikitnya 30 murid, dibagi menjadi enam kelompok.
Masing-masing kelompok mengikuti proses belajar secara bergiliran, sedikitnya dua jam sehari, dengan beberapa materi pelajaran.
Proses KBM diterapkan sesuai protokol kesehatan. Guru dan murid memakai masker dan duduk berjarak, walau tidak ada meja dan kursi.[*]