Dinkes Polman Prioritaskan Ibu Hamil Cegah Angka Stunting pada Anak

angka stunting
Kadis Kesehatan Polman bicara tentang stunting

PaTTaE.com — Polman | Pemerinrah Daerah Polewali Mandar (Polman) melaksanakan kegiatan Kapasitas Kader Pembangunan Manusia (KPM) untuk peningkatan Lokus Stunting Kabupaten Polman Tahun 2020. Kegiatan itu terlaksana di Ruang Pola Kantor Bupati Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Rabu(8/7/2020).

Dengan tema “Bergerak Bersama Cegah Stunting Untuk Masa Depan Generasi”, kegiatan tersebut di ikuti 60 desa diantaranya, 34 Desa yang terdapat program lokus Stunting dan 26 lainnya merupakan Desa yang tidak termasuk desa lokus stunting.

Istilah Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama.

Kepala Dinkes Polewali Mandar H.M. Suaib Nawawi pada kegiatan itu mengatakan. Sebelumnya, terdapat  37,8 persen jumlah anak yang mengalami stunting diseluruh Desa di Polman. Hingga saat ini, sesuai data yang ditunjukkan dari aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat atau e-PPGBM, angka tersebut mengalami penurunan menjadi 24,1 persen.  

“Jadi cukup baguslah dari 37,8 yah sekarang 24,1 persentase anak yang mengalami stunting sengan menggunakan aplikasi  e-PPGBM,” ucapnya

Dari pengurangan angka stunting tersebut, Ka Dinkes Polman mengklaim mengalami kemajuan dan berharap kedepannya terus mengalami penurunan. Dinkes kedepannya akan mencegah sedini mungkin dengan pengontrolan kondisi ibu hamil.

“Kita mau ini anak yang lahir, supaya tidak ada lagi yang mengalami stunting. Makanya intervensinya tadi, kita sudah bantu dengan intervensi tablet angel yang bekerja sama dengan (pihak kampus) Unhas diprakasai oleh prof.Acha. Itu kita dapat prioritaskan untuk ibu-ibu hamil dulu.” sambungnya

Pada kesempatannya, Kepala Dinkes juga mengungkap, aka ada pembagian suplemen dalam kemasan botol untuk ara ibu hamil, dan itu dibagikan secara gratis.

Selain itu, ia juga menjelaskan cara mengkonsumsi suplemen tersebut. Kata dia, suplemen dalam botol itu, di minum selama enam bulan. Mulai bulan ketiga kehamilan, sampai melahirkan.

Para KPM nantinya, Kadinkes berharap bisa bekerja sama dengan para petugas yang ada di puskesdes, dan pustu, dalam melihat angka kasus  stunting yang ada di masyarakat.[*]