Aroma busuk dugaan korupsi di Polewali Mandar kembali memicu gelombang kemarahan publik. Puluhan warga yang tergabung dalam Jaringan Oposisi Loyal (JOL) turun ke jalan, Kamis 24 April 2025, memadati halaman Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Polman.
Massa membawa lima spanduk bertuliskan sindiran keras, membakar tiga ban bekas sebagai simbol kemarahan atas tumpukan kasus korupsi yang dinilai dibiarkan mengendap tanpa kejelasan. Salah satu spanduk berbunyi pedas: “Kejari Polman jadi gudang laporan, tapi mati suri!”
Korlap aksi, Zubair, dalam orasinya menyorot keras dugaan korupsi dana penanganan stunting senilai Rp127 miliar yang tersebar di 10 OPD Polman.
“Jangan cuma diam, tangkap pelaku penjarahan uang rakyat. Mafia anggaran harus diseret ke meja hijau,” Serunya lantang.
Tak hanya itu, massa juga menuntut pengusutan serius terhadap dana kesetaraan pendidikan (Paket A, B, C), hibah miliaran rupiah ke PMI Polman, dan proyek pengadaan di Bagian Umum Setda yang dinilai janggal.
Nada orasi Zubair semakin meninggi saat mengkritik Kejari Polman. Ia menuding jaksa tak serius menindaklanjuti laporan masyarakat.
“Laporan kami sudah menumpuk, tapi hasilnya nol besar! Apa perlu saya bantu dana penyelidikan?” teriaknya dengan nada sinis di depan gerbang Kejari.
Menanggapi aksi tersebut, Kasi Intel Kejari Polman, Febrianto Patulak, menyampaikan bahwa laporan masyarakat tetap dihargai dan diterima namun melalui proses pengumpulan data dan fakta.
Ia menyebut kasus dana hibah KONI Polman tinggal menunggu hasil audit kerugian negara. Sementara kasus PMI, menurutnya belum ditemukan indikasi kerugian negara.
“Kalau ada bukti baru, tentu kami akan buka kembali,” ujarnya. Untuk dugaan di Bagian Umum Setda, ia menyebut saat ini masih dalam proses pengumpulan data. Soal dana pendidikan Paket A, B, dan C? “Belum ada laporan masuk,” kata Febrianto.[*]