Dunia Internasional
Hamas kembali menegaskan rakyat Palestina memiliki hak mutlak untuk mengatur tanah air mereka sendiri. Dalam sebuah pidato yang Hamas sampaikan di Kairo, Mesir. Kepala Urusan Luar Negeri Hamas, Khaled Meshaal, menegaskan selama pendudukan Israel masih berlangsung, mereka tidak akan meletakkan senjata.
Dalam video pidato Hamas dalam acara penghormatan bagi tahanan Palestina yang telah bebas dalam pertukaran tahanan dan kesepakatan gencatan senjata dengan Israel. Meshaal menyatakan, tidak ada sistem politik eksternal yang dapat memaksa rakyat Palestina.
“Gaza hanya milik rakyatnya; tidak ada satu pun warga Gaza atau Tepi Barat yang akan menukar tanah air mereka dengan tempat lain,” tegas Meshaal. Tambahnya, Palestina tidak memiliki alternatif lain selain tetap berada di tanah mereka sendiri.
Meskipun menghormati negara-negara Arab dan Islam, Meshaal menegaskan tidak ada tempat lain yang dapat menggantikan tanah air Palestina. Ia juga menolak gagasan untuk melucuti senjata rakyat Palestina yang hidup di bawah pendudukan.
Seruan Persatuan Nasional dan Dukungan Dunia Arab
Dalam pidatonya, Meshaal menekankan pentingnya persatuan nasional untuk menghadapi tantangan yang Palestina hadapi. Ia juga menyerukan kepada negara-negara Arab agar berdiri bersama rakyat Palestina dalam menghadapi tekanan internasional dan regional.
Meshaal mengungkapkan Gaza sedang menghadapi konspirasi besar, termasuk upaya untuk memaksa penduduknya meninggalkan wilayah tersebut dengan cara membuat mereka kelaparan.
Ia juga mengapresiasi keputusan Liga Arab yang menolak migrasi paksa rakyat Palestina. Ancaman tersebut kata Mashaal, kini tidak hanya terbatas pada Gaza dan Tepi Barat, tetapi juga berdampak pada negara-negara seperti Mesir, Yordania, dan Arab Saudi.
Meshaal menyebut beberapa pemimpin dunia dan regional berencana merelokasi rakyat Palestina ke negara lain. Namun, ia menegaskan umat Islam menyadari ancaman ini dan menyerukan tindakan lebih lanjut untuk menghadapinya.
Jihad sebagai Jalan Perjuangan
Mengakhiri pidatonya, Meshaal menyatakan bahwa jalan untuk merebut kembali tanah air, membebaskan para tahanan, dan mencapai kemerdekaan adalah melalui jihad. Ia membandingkan perjuangan Palestina dengan perang Yom Kippur tahun 1973 yang memungkinkan Mesir merebut kembali Sinai.
“Kami katakan kepada para pemimpin umat dan Mesir: Jika Perang 6 Oktober (1973) tidak terjadi, mereka tidak akan mendapatkan kembali Sinai. Tanpa (serangan Hamas) 7 Oktober 2023, kami tidak akan bisa merebut kembali Palestina,” pungkasnya.[*]