Dalam era digital saat ini, media sosial (Sosmed) telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Platform seperti Instagram, Facebook, Thtread dan Twitter (sekarang X) digunakan untuk berbagi informasi, berkomunikasi, dan membangun jaringan sosial.
Dalam perkembangannya, tak jarang pengguna media sosial memanfaatkan platform ini secara tidak bijak, bahkan menggunakannya sebagai tempat meminta bantuan tanpa batas.
Fenomena ini memunculkan ungkapan, “Ini media sosial, bukan dinas sosial,” yang menyoroti pentingnya memahami fungsi utama sosmed.
Media sosial sejatinya dirancang sebagai ruang untuk berbagi pengalaman, ide, dan informasi dengan jaringan teman atau pengikut. Namun, sering kali orang lupa bahwa sosmed bukanlah wadah formal untuk memecahkan setiap masalah pribadi.
Misalnya, ada individu yang terus-menerus meminta bantuan finansial atau dukungan moral secara publik, tanpa memikirkan dampaknya terhadap privasi atau persepsi publik. Hal ini membuat fungsi media sosial berubah menjadi tempat yang menyerupai dinas sosial virtual.
Dalam konteks ini, penting untuk memahami perbedaan antara meminta bantuan secara pribadi dan secara publik. Meminta bantuan di sosmed dapat dianggap wajar dalam situasi darurat seperti kampanye solidaritas.
Namun, jika pergunakan secara berlebihan, tindakan ini bisa menimbulkan kesan negatif. Pengguna lain mungkin merasa terganggu atau menganggap tindakan tersebut sebagai eksploitasi simpati. Oleh karena itu, bijaklah dalam menentukan kapan dan bagaimana menggunakan media sosial untuk keperluan pribadi.
Selain itu, sosmed juga memiliki risiko yang perlu di antisipasi, terutama terkait keamanan dan privasi. Saat seseorang meminta bantuan secara terbuka, informasi pribadi yang di bagikan dapat di salahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Misalnya, memberikan detail tentang situasi finansial atau lokasi tertentu dapat membuka peluang bagi penipuan atau ancaman lainnya. Maka, penting untuk selalu berhati-hati dan mempertimbangkan alternatif yang lebih aman, seperti menghubungi organisasi resmi atau teman dekat secara langsung.
Pengguna sosmed juga perlu memahami bahwa tidak semua orang di jaringan mereka memiliki kapasitas atau niat untuk membantu. sosmed merupakan ruang publik yang penghuninya adalah individu dengan berbagai latar belakang dan prioritas.
Mengharapkan dukungan dari semua orang tanpa mempertimbangkan kondisi mereka adalah tindakan yang kurang bijaksana. Sebagai gantinya, carilah dukungan dari orang-orang yang memiliki hubungan personal lebih dekat dan terpercaya.
Di sisi lain, penting untuk mengapresiasi aspek positif dari solidaritas yang dapat muncul di media sosial. Banyak kampanye sosial berhasil mendapatkan perhatian luas berkat kekuatan sosmed. Namun, keberhasilan ini biasanya dengan transparansi, tujuan yang jelas, dan strategi komunikasi yang baik.
Jadi, bila ingin menggunakan media sosial untuk meminta bantuan, pastikan permintaan tersebut atas dasar alasan yang kuat dan pendekatan yang sopan.
Selain meminta bantuan, media sosial dapat bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan, membangun personal branding, atau menyebarkan hal-hal positif. Menggunakan platform ini dengan cara yang produktif tidak hanya meningkatkan kualitas hidup pengguna, tetapi juga memberikan dampak positif bagi komunitas.
Sebab itu, gunakan sosmed sebagai alat untuk berkembang, bukan sekadar tempat bergantung pada bantuan orang lain.
Kesimpulannya, sosmed adalah alat komunikasi dan jaringan sosial yang memiliki batasan fungsi tertentu. Memanfaatkannya secara bijak adalah tanggung jawab setiap pengguna untuk menjaga ekosistem digital tetap sehat. Ingatlah, “Ini media sosial, bukan dinas sosial.” Gunakan platform ini sesuai dengan tujuannya, tanpa melupakan nilai-nilai etika dan privasi.[*]