Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Barat, Irfan Pahri Putra, menyampaikan keprihatinan atas lambannya respon pemerintah daerah. Dalam kunjungannya ke lokasi, Irfan mendesak Pemkab Polman dan Pemprov Sulbar untuk segera mengambil tindakan nyata.
“Tiga tahun tanpa irigasi membuat sawah tak bisa digarap. Ini bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga soal kesejahteraan warga yang menggantungkan hidup pada lahan ini,” ungkapnya saat meninjau lokasi, Senin (28/10/2024).
Kerusakan akibat abrasi sungai di Kecamatan Tapango telah menyebabkan hilangnya sekitar 120 meter jalan penghubung yang menghubungkan lima desa, serta ambruknya irigasi yang mengancam area persawahan. Selama tiga tahun terakhir, warga setempat terpaksa tidak bisa menggarap sawah, yang berdampak langsung pada sumber penghidupan mereka.
Irigasi Siparappe, yang sebelumnya menjadi penopang utama lahan sawah, kini tak lagi berfungsi, mengakibatkan lebih dari 130 hektare lahan pertanian produktif terlantar. Dampak ini telah mengakibatkan ratusan keluarga kehilangan mata pencaharian, yang pada gilirannya dapat memperburuk situasi pangan di Sulawesi Barat, terutama di saat pemerintah pusat, melalui Presiden Prabowo, tengah mengusung program kemandirian pangan nasional.
“Kita sangat sedih melihat ini. Ini persoalan perut masyarakat kita. Saya meminta agar pemerintah provinsi, kabupaten, dan pusat segera turun tangan menyelesaikan masalah ini,” terang Irfan
Kerusakan infrastruktur ini tidak hanya mengisolasi akses antar desa, tetapi juga mengancam ketahanan pangan lokal dengan terganggunya aliran air yang mendukung produktivitas sawah.
Dalam konteks ini, warga setempat sangat berharap akan ada langkah cepat dari pemerintah daerah untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak. Jalan penghubung tersebut merupakan jalur vital bagi aktivitas masyarakat, sementara irigasi adalah sumber kehidupan bagi para petani.
Masyarakat berharap desakan dari DPRD Provinsi Sulbar ini dapat mendorong langkah konkret pemerintah daerah dalam memulihkan irigasi dan menghidupkan kembali lahan pertanian yang produktif, guna mencegah terjadinya krisis pangan yang lebih serius di masa depan.[*]