in

Jelajah Makam Tedong-tedong Berusia Ratusan Tahun di Balla Mamasa

Jelajah Makam Tedong-Tedong0

Mamasa selalu menggoda, dan memang pantas kita tergoda, menikmati sajian keindahan panorama alam, tradisi adat budaya, apatah lagi situs-situs bersejarah terbentang di beberapa titik di Kabupaten Mamasa.

Yah, seperti biasanya jika aku trip bersama kawan-kawan, selalu saja ada bonus perjalanan, setelah puas menikmati destinasi wisata alam, kaki-kaki kini melangkah menyambangi satu objek wisata, salah satu makam kuno berusia ratusan tahun, yaitu makam Tedong-tedong.

Makam Tedong-tedong berlokasi di Dusun Tanete Dambu, Desa Balla Barat, Kec.Balla, Kab.Mamasa. Salah satu objek wisata yang unik di Mamasa, Sulawesi Barat.

Kami start dari kota Mamasa dengan menggunakan roda dua, bersama dengan tiga kawan ku, yah mereka juga satu frekuensi hobby dengan ku, mengunjungi tempat-tempat bersejarah.

Setelah menempuh kurang lebih 10 kilometer dari Kota Mamasa, yah sekitar 30 menit perjalanan, sebab sepanjang jalan hujan mengguyur, membuat tangan ini pelan-pelan tancap gas, meski kondisi hujan dan ditambah memang cuaca Mamasa dingin, tak menyurutkan semangat untuk terus melanjutkan perjalanan.

Tak terasa tiba di tempat tujuan, ada pun tradisi siarah makam, sebelum menuju ke makam, tentu wajib untuk meminta ijin kepada juru kunci, apa-apa saja yang boleh dan tak boleh dilakukan, hingga menelisik sejarah makam.

Kesan pertama saat tiba, sambut hangat dari salah satu anak dari juru kunci, tak lupa ku ucapkan selamat natal dan tahun baru, sembari bersalaman, momentum natal dan tahun baru 2022 ini memberi kesan.

Anak dari juru kunci pun mempersilahkan kami duduk, selama 10 menit saling perkenalan, membangun keakraban, dan beberapa informasi pun kami dapatkan dari Makam Tedong-tedong.

“Yah, tunggu sebentar Ambe’ akan menemani kalian, ke makam, dulu konon menurut cerita orang tua, makam-makam itu hanya dipagari bambu dan beratapkan atap biasa, nanti lambat laun setelah dari Tim Konservasi Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulsel datang, akhirnya membenahi dengan membuatkan bangunan berbentuk arsitektur rumah adat Mamasa.

Makam Tedong-tedong pun tercatat dalam daftar cagar budaya Sulsel, sehingga pelestarian makam pun tidak terlepas dari Sulsel.

Tak lama kemudian seorang kakek berpayung, memakai switer biru bercelana pendek datang menyambangi kami, dan segeralah kaki melangkah, sepanjang jalan menuju makam, kakek selaku juru kunci, bercakap santai, dengan bahasa Indonesia yang luwes. Entah hati terasa nyaman dan akrab seketika, bercerita bersama Ambe’.

Melewati pematang sawah dan akhirnya kami tiba di puncak, menyaksikan secara langsung Makam Tedong-tedong. Wow, terdapat sekitar ratusan kerangka manusia yang tersimpan rapi, dalam perut kerbau, desain kuburan berbentuk kerbau atau dikenal dengan bahasa setempat Kerbau=Tedong.

Tengkorak-tengkorak berada dalam perut kerbau itu masih nampak sangat jelas. Kuburan berbentuk kerbau berjejer rapih, sudah ada retak kayunya, namun ada pula beberapa yang masih utuh.

Deretan kayu berbentuk kerbau ini berisi banyak tengkorak manusia. Makam kayu yang telah berusia ratusan tahun ini terbuat dari jenis kayu lokal kelas satu ( Uru ).

Menurut cerita, konon di masa lalu terjadi banjir, semua makam kayu tua hanyut terseret arus air sungai. Namun, makam-makam kuno ini tidak jauh terbawa arus, tanpa disentuh tiba-tiba makam ini berkumpul kembali pada tempatnya seperti semula, namun ada satu makam kayu yang tak kembali dan terbawa arus sampai ke Kec. Messawa.

Nah tempat ini pun diberi nama Minanga, diambil dari nama tempat asal makam, sebelum terhanyut yaitu Minanga Buntuballa.

Pertanyaan ku pun liar kemana-mana, menanyakan nama-nama siapa saja yang terdapat dalam makam ini, kepada Ambe’ Petrus Rambalangi, selaku juru kunci, namun Ambe’ pun tak tahu menahu siapa-siapa nama yang di makamkan disini.

Ada jejak sejarah yang kehadirannya nyata, meski penutur tak mampu mendetilkan secara fasih nama-nama tengkorak manusia, yang dibingkai rapi dalam kuburan unik tersebut.

Yah, petuah tanpa kata,namun ada bahasa simbolik yang bisa menjadi guru kehidupan di tiap generasi.

Kerbau atau Tedong adalah simbol hewan yang selalu menjadi ciri khas properti upacara adat, dan nampak juga lewat arsitektur rumah adat masyarakat lokal Mamasa.

Generasi hari ini penting untuk menelisik dan memahami sejarah lokal, dan generasi hari ini tak bisa mengingkari keberadaan para leluhur.

Mataku sempat menatap atap makam, atapnya sudah ada yang bocor, semoga ada perhatian segera, minimal atapnya dibenahi, agar ketika hujan tidak merembes dan semakin membuat kayu-kayu makam lapuk dan rusak akibat terkena air hujan.

Report

Written by Karmila Bakri

Perempuan petualang_perakit kata, Karmila Bakri, asal dari Polman_Sulawesi Barat. Lahir di Dara 19 agustus 1985, bergelut di media online Pattae.Com. Aktif di komunitas literasi Blantara, bergerak juga di kegiatan sosial, pendampingan perempuan, lansia dan difabel.
Ayo baca alam, baca manusianya, agar kita mampu bijak memperlakukannya!

69 kepala desa dilantik

Lantik 69 Kepala Desa, Bupati Polman: Jangan Jadi Bosnya Rakyat

logo hut desa batetangnga ke 60 tahun

Logo dan Tema HUT Desa Batetangnga ke 60 Tahun