Kebiasaan Masyarakat Pattae Rayakan Maulid Nabi Muhammad SAW

Kebiasaan masyarakat suku Pattae merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW
Kebiasaan masyarakat suku Pattae merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW

Kebiasaan masyarakat Pattae, Desa Batetangga, saat memperingati maulid Nabi Muhammad SAW , terdapat beragam budaya atau kebiasaan yang sudah turun-temurun dilaksanakan.

“Maulid atau Maulu’ dalam bahasa pattae. Pada prinsipnya adalah bagian dari budaya yang dikembangkan oleh ulama-ulama, untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.” Ujar Dr Muh Ali Rusdi Bedong

Mengenai hal itu, ia mengungkap 3 hal kebiasaan masyarakat Pattae dalam memperingati maulid Nabi yaitu, Maccakkiri (Dzikir), membuat makanan khas (Sokko), Telur dengan hiasan yang di tancapkan ke pohon Pisang (Balajuk) dan Bage-bage barakka.

Budaya Maccakkiri (ber-dzikir) merupakan budaya yang digunakan suku Pattae, dimana, dalam zikir tersebut, menggunakan dialek masyarakat Pattae tersebut.

“Maccakkiri’ pada prinsipnya adalah dzikir-dzikir atau selawat-selawat. Tetapi, lagunya ala pattae itu sendiri, yang maknanya sebetulnya tidak merubah makna dari makna aslinya”. Jelasnya

Setelah Berdzikir, Maulid dilanjutkan dengan “Bage-Bage Barakka” (berbagi berkah).

“Barakka itu adalah makanan yang nanti akan disajikan dan dimakan bersama. Bahkan, diberikan untuk dibawah kerumahnya dan akan dimakan oleh anak-anak”, Tambahnya

Kebiasaan Masyarakat Pattae Sebagai Pesan Moral

Photo perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilakukan masyarakat Pattae

Saat perayaan kelahiran Nabi Muhammad Saw, kebiasaan masyarakat Pattae juga menyajikan kuliner atau makanan-makanan khas yang memiliki makna dan pesan-pesan Moral dalam menjalani kehidupan.

Sokko (ketan) yang merekat, itu dimaknai sebagai hubungan saling menguatkan. Sedangkan untuk telur, bermanfaat bagi kehidupan, begitu pula dengan pisang. Dimana pohon, daun, dan buah semuanya bisa digunakan.

Kebiasaan Masyarakat pattae, khususnya di Desa Batetangnga saat memperingati kelahiran Nabi, dilakukan di waktu yang berbeda-beda untuk tiap dusun-nya. Hal ini bertujuan agar tetap terjalin silaturrahmi antara pemerintah Desa dan Masyarakatnya.

“Terkait dengan jadwalnya, biasanya masing-masing masjid itu berbeda-beda,tidak bersamaan. dilaksanakan pertamanya di Masjid Raya. Setelah itu, di jadwalkan ke Masjid-Masjid dusun. Tujuannya apa ? biar bisa dihadiri kepala desa dan imam-imam yang lain di setiap dusun-nya,” Ungkapnya

“Begitu pula lembaga pendidikan, itu tergantung jadwal yang biasanya dirangkaikan dengan hal-hal tertentu.” misalnya saya sendiri sebagai Ketua Yayasan Pondok Pesantren Arrisala Batetangga, kami biasanya menjadwalkannya sekaligus dengan Khataman Sorroh,” Lanjutnya

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah bentuk Ekspresi cinta terhadap Rasulullah Saw, yang dilaksanakan dengan budaya-budaya tertentu termasuk Budaya Suku Pattae.

Tujuan perayaan untuk mempererat kembali tali silaturahim khususnya suku Pattae, karena dilaksanakan dalam skala Desa, Skala Dusun bahkan ada yang melaksanakan dirumah.

 “Untuk memperkuat kembali sejarah-sejarah Nabi pada anak-anak dan Generasi Muda, maka setiap tahun kita perlu untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW”. Tutupnya [pattae.com]

Penulis: Nurhaidah*