Negeri di Atas Awan| Objek wisata buntu liarra, kerap disebut orang sebagai salah satu puncak gunung yang menawarkan panorama keindahan alam yang seolah berada di atas awan. Puncak yang ada di Desa Balla Tumuka Kabupaten Mamasa ini, begitu elok dan dapat memanjakan mata pengunjungnya.
Balla Tumuka merupakan salah satu Desa yang masih sangat kental dengan adat atau budaya Mamasanya. Rumah adat khas Mamasa masih berdiri dengan kokoh dan tentu bisa kita jumpai di Desa ini.
Masing-masing kita mungkin telah merencanakan perjalanan yang telah diimpikan. Bersama tim Pangngu’pu padang kali ini, telah menjadwalkan satu perjalanan ke Kabupaten Mamasa. Tepatnya di Desa Balla Tumuka (objek wisata Buntu Liarra).
“Negeri di Atas Awan” Perencanaan Tim Pangngu’pu Padang
Awalnya, kami telah mendiskusikan perencanaan ini sebanyak tiga orang, dari hasil rapat awal. Kami mendapat informasi akan membawa salah seorang tamu diluar dari tim kreatif (pangngu’pu padang). Wanita itu disebut Margaretha atau lebih akrab dengan sebutan Etha.
Sementara itu, perencanaan semakin berkembang. Akhirnya pada diskusi akhir kami bisa memastikan tim kami yang akan turun ke lokasi sebanyak tujuh orang, dua diantaranya adalah kawan diluar dari tim pangngu’pu padang, termasuk Etha.
Malam sebelum jam keberangkatan, tim kami mulai menyiapkan perlengkapan untuk kebutuhan video dan logistik untuk camping selama dua hari di buntu liarra.
Selain itu kami telah menyiapkan beberapa baju kaos yang telah dipesan khusus di Pattae store, untuk di gunakan saat dilapangan. Di Pattae Store terdapat banyak pilihan desain baju dengan brand lokal suku Pattae.
Awal Perjalanan Tim Pangngu’pu Padang
Jum’at 13 Maret 2020, Pukul 09:00. Kami mulai perjalanan dari basecamp tim pangngu’pu padang. Dengan perkirakan durasi waktu perjalanan kira-kira 3 jam, dari Kota Polewali Mandar sampai di Desa Balla Tumuka, Mamasa.
Namun kondisi berkata lain. Ternyata durasi waktu perjalanan yang kami habiskan lumayan panjang dan lama. Sebab kami harus berhenti untuk beristirahat dan melaksanakan shalat jum’at berjamaah di Masjid besar Kecamatan Sumarorong.
Selain itu, kami juga harus singgah untuk mengambil dokumentasi perjalanan atau beberapa durasi video untuk kami terbitkan nanti di konten pangngu’pu padang (media pattae).
Selama perjalan, tentu masih banyak hal-hal lain yang tidak mesti kami jelaskan pada artikel kali ini. Jadi buat teman-teman yang penasaran seperti apa dokumentasi disetiap perjalanan tim pangngu’pu padang, silahkan kunjungi konten youtube kami. Klik Kalimat yang berwarna biru diatas!
Lanjut perjalanan. Sekitar pukul 17:00 lebih, kami telah sampai di Desa Balla Tumuka tempat untuk memarkir kendaraan dan lanjut dengan berjalan kaki menuju puncak.
Tapi kami tak langsung beranjak dari Desa tersebut, beberapa tim menyampatkan untuk mencari informasi seputar gunung yang kami daki nanti. Toh tim pangngu’pu padang harus menjaga kesopanan saat masuk di Desa orang yang baru kami jumpai.
Selang beberapa menit, kami beregegas untuk melanjutkan perjalanan sampai ke puncak. Di perjalanan kami disuguhkan pemandangan yang indah dan sapaan ramah setiap warga yang pulang dari kebun miliknya.
“Negeri di Atas Awan” Kondisi Puncak Buntu Liarra
kami akui masyarakat dari Desa tersebut sangat ramah dan berbaik hati ke tim pangngu’pu padang. Hal itu menambah semangat teman-teman untuk segera sampai di puncak buntu liarra.
Tak terasa puncak sudah ada di depan mata, dingin dan gelap malam terasa menyambut kehadiran kami. Salah seorang wanita renta terdengar menyapa kami dari dalam rumahnya di atas puncak tersebut.
Ternyata wanita renta itu adalah salah seorang warga asli dari Desa Balla Tumuka yang bertahan di atas puncak bukit tersebut. Untuk bertahan hidup dengan berkebun. Kamipun sempatkan untuk bercengkrama sebelum mendirikan tenda untuk kami beristirahat.
Tenda telah kami dirikan dan mulai untuk memasak beberapa logistik yang kami bawa untuk mengembalikan stamina yang telah habis selama perjalanan. Setelah itu diskusi kecil kami sempatkan untuk kegiatan esok harinya.
Tidak terasa malam semakin larut tim kami bergegas untuk masuk tenda masing-masing. Dan beristirahat untuk menyambut pemandangan awan di pagi harinya.
Sungguh benar Firman Allah di dalam Al-Qur’an “Maka Nikmat Tuhanmu Yang Manakah Yang Kamu Dustakan” Q.S Ar-Rahman. Karena salah satu objek wisata ini, bisa kami ibaratkan sebagai sebuah surga yang diciptakan Tuhan, seperti negeri di atas awan.
Puncak gunung ini terletak pada ketinggian 1.500 Meter di Atas Permukaan Laut (MDPL). Dengan suhu sekitar 16 sampai 20 derajat celcius. Demikian artikel perjalanan tim Pangngu’pu Padang kami sajikan, semoga dapat memberi informasi dan manfaat buat kalian. Terimakasih Kurru’sumanga’. [Pattae.com|Iwank*]