Kepala badan intelijen Israel, Mossad, David Barnea, rencananya akan melakukan perjalanan ke Doha, Qatar, pada Senin (6/1) dalam hal negosiasi kesepakatan pertukaran tawanan antara Israel dan faksi-faksi Palestina.
Informasi ini disampaikan media penyiaran publik Israel, KAN, pada Minggu (5/1). Mengutip sumber anonim, KAN melaporkan, Barnea, akan menghadiri pembicaraan tersebut.
Kehadiran Kepala Intelejen Israel tersebut, sebagai bagian dari upaya menyelesaikan negosiasi yang telah berlangsung selama beberapa waktu.
Laporan serupa juga disampaikan saluran televisi Israel Channel 12. Dalam media tersebut mencatat adanya kemajuan signifikan dalam negosiasi, meskipun belum ada kesepakatan final.
Negosiasi ini dimediasi Qatar dan Mesir, dengan delegasi Israel sebelumnya telah kembali ke Doha pada Jumat (3/1). Untuk melanjutkan pembicaraan tidak langsung dengan Hamas.
Di hari yang sama, Hamas mengonfirmasi mulainya kembali diskusi dengan fokus pada gencatan senjata. Penarikan pasukan Israel dari Gaza, dan pengembalian warga yang terlantar akibat konflik.
Keluarga tawanan Israel di Gaza mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Untuk memberikan wewenang penuh kepada delegasi Israel guna menyelesaikan kesepakatan pertukaran tawanan.
Hamas sendiri mengklaim menahan sekitar 100 tawanan Israel, sementara puluhan lainnya telah tewas akibat serangan udara Israel di Gaza.
Di sisi lain, lebih dari 10.300 warga Palestina menjadi tahanan di penjara-penjara Israel.
Konflik Gaza dan Peran Mediasi Internasional
Sejak pecahnya konflik pada 7 Oktober 2023, militer Israel terus melancarkan serangan udara di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 45.800 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak.
Serangan ini berlangsung meskipun Dewan Keamanan PBB telah menyerukan gencatan senjata segera.
Upaya mediasi internasional oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar untuk menghentikan perang sejauh ini belum membuahkan hasil. Terutama karena penolakan dari Netanyahu untuk menghentikan operasi militer di Gaza.
Sementara itu, Hamas menyatakan bahwa upaya mediasi tetap fokus pada penanganan isu kemanusiaan dan penghentian kekerasan.
Konflik ini juga menarik perhatian dunia internasional dari segi hukum. Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
Perintah penangkapan kedua pimpinan Israel tersebut atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Selain itu, Israel menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait operasi militer di wilayah tersebut.
Dengan situasi yang semakin kompleks, harapan hasil dari negosiasi di Doha dapat menjadi langkah awal menuju resolusi konflik yang lebih luas, meskipun tantangan masih sangat besar.[*]