Petani kakao desa Batetangnga, Kecamatan Binuang, Polewali Mandar, mengeluhkan hasil panen yang menurun. Hal ini disebabkan karena tingginya serangan penyakit busuk pada buah kakao.
Penyakit busuk buah yang menyerang tanaman milik petani, menjadi keluhan utama karena membuat buah menjadi hitam.
Hal itu dirasakan langsung petani kakao di Batetangnga. Adanya serangan penyakit tersebut, petani terpaksa melakukan pembersihan, dan mengeluarkan biji kakao dari cangkangnya dengan cara dijepit, dipukul, dan dicungkil pun dilakukan. itu terlihat dengan beberapa alat yang digunakan.
Mengenai hal tersebut, Abd Rahman, salah seorang petani di Batetangnga mengatakan, penyakit buah kakao, rata-rata dirasakan para petani di desa tersebut. Hal ini, menurutnya sudah berlangsung sejak lama. Sehingga, petani merugi akibat kualitas biji renda dan berdampak pada harga jual kakao petani yang merosot.
“Saya sudah melakukan berbagai upaya perawatan, penunasan (sambung cupon) batang, sambung samping (tempelan) pembersihan. Namun, belum berhasil“. Keluhnya saat ditemui di kebun miliknya, Minggu 10/11/2019
Cuaca yang berubah-ubah juga menjadi tantangan yang dihadapi para petani kakao desa Batetangnga untuk menghasilkan buah yang berkualitas baik.
“Beberapa tanaman, mati karena tak ada hujan, dan bunga gugur saat musim hujan” kata petani kakao itu.
Penyakit buah kakao yang sudah sejak lama ini, belum bisa diatasi bahkan, lanjut dia ada beberapa petani memilih beralih mengusahakan menanam tanaman lain seperti rambutan lengkeng dan durian.
Masyarakat desa Batetangnga rata-rata memiliki lahan pertanian seperti kakao, durian, rambutan lengkeng. Juga ada padi dan tanaman lainnya yang dikelola secara pribadi dan kelompok. Total luas lahan pertanian di desa tersebut menurut Abd Rahman, mencapai ratusan hektar.
Dengan adanya serangan hama tersebut, Dia berharap adanya sentuhan langsung dari pihak pemerintah dan dinas terkait. Baik berupa bantuan alat penunjang, maupun pengetahuan soal penanggulangan buah kakao yang terserang hama.
Selain itu, ia juga berharap kepada pemerintah untuk melakukan upaya stabilisasi harga kakao kepada para tengkulak. Harapnya, harga kakao berlaku diatas harga 20 ribu sampai 35 ribu per kilo-nya.
“saat ini harga murah dikomoditi kakao” terangnya.
Saat ini, harga kakao kering yang berlaku di masyarakat desa Batetangnga yang diketahui dari info para pedagang sebesar Rp 18.000 perkilo. [pattae.com]
Penulis: Ka’dusi*