Oleh: Muhammad Adam
Polewali Mandar (Polman) memiliki berbagai tantangan yang harus segera diatasi oleh calon pemimpin daerah agar pembangunan bisa berjalan optimal dan kesejahteraan masyarakat meningkat. Polewali Mandar (Polman) membutuhkan pemimpin yang reformis, yang mampu membawa perubahan mendasar dalam tata kelola pemerintahan dan pembangunan daerah.
Dalam konteks Polman, tantangan utama seperti pengelolaan lingkungan, pengentasan kemiskinan, infrastruktur yang tertinggal, dan rendahnya kualitas layanan publik hanya dapat diatasi oleh pemimpin yang berani melakukan reformasi nyata dan berorientasi pada hasil jangka panjang.
Berikut adalah beberapa masalah utama yang memerlukan perhatian serius dari para calon pemimpin:
1. Pengelolaan Sampah dan Lingkungan
Masalah sampah di Polman masih menjadi isu yang mendesak, dengan sistem pengelolaan yang belum optimal. Timbunan sampah di banyak tempat, baik di perkotaan maupun desa, menunjukkan perlunya sistem yang lebih baik untuk penanganan sampah dan limbah, termasuk fasilitas pembuangan, daur ulang, serta pengurangan sampah plastik.
Pemimpin yang akan datang harus mengutamakan kebijakan lingkungan berkelanjutan dengan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang benar dan membangun infrastruktur pendukung.
2. Keterbelakangan Infrastruktur
Banyak wilayah di Polman masih menghadapi keterbatasan akses infrastruktur dasar, seperti jalan, listrik, air bersih, dan layanan telekomunikasi. Khususnya di daerah pedalaman dan pesisir, jalan yang rusak dan kurangnya akses transportasi menghambat mobilitas masyarakat dan perekonomian lokal.
Infrastruktur publik seperti pasar, sekolah, dan fasilitas kesehatan juga membutuhkan peningkatan. Pemimpin daerah harus memprioritaskan pembangunan infrastruktur yang merata dan menjangkau seluruh wilayah, bukan hanya di pusat kota.
3. Kemiskinan dan Pengangguran
Tingkat kemiskinan dan pengangguran di Polman masih menjadi tantangan besar. Banyak masyarakat yang menggantungkan hidup dari sektor pertanian dan perikanan, namun produktivitasnya rendah akibat minimnya dukungan teknologi dan akses pasar.
Pemimpin daerah harus fokus pada program-program yang mendukung ekonomi lokal, termasuk pengembangan UMKM, pemberdayaan petani dan nelayan, serta pelatihan keterampilan bagi kaum muda agar dapat bersaing di pasar kerja.
4. Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan
Polman memiliki potensi besar dari sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan, namun eksploitasi sumber daya alam yang tidak berkelanjutan menjadi ancaman serius.
Deforestasi, perburuan ikan yang merusak, serta pengelolaan lahan yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan dapat menurunkan potensi ekonomi daerah ini di masa depan.
Calon pemimpin perlu mengedepankan kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, dengan melibatkan masyarakat dalam praktik ramah lingkungan dan memperkuat pengawasan terhadap eksploitasi ilegal.
5. Pendidikan dan Kesehatan
Kualitas pendidikan di Polman masih di bawah standar, dengan banyak sekolah di daerah terpencil yang kekurangan tenaga pengajar, fasilitas yang tidak memadai, serta akses terbatas ke pendidikan yang layak.
Di sektor kesehatan, akses terhadap fasilitas medis yang memadai juga menjadi masalah, terutama di wilayah pedesaan yang terpencil. Banyak masyarakat yang masih harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar.
Para calon pemimpin harus memperjuangkan peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan dengan membangun fasilitas yang lebih baik serta meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik dan medis.
6. Pengelolaan Keuangan Daerah yang Transparan
Pengelolaan anggaran di Polman sering kali tidak transparan dan tidak efisien, dengan banyak dana yang dialokasikan untuk proyek yang tidak memiliki dampak signifikan terhadap masyarakat. Korupsi dan inefisiensi penggunaan anggaran daerah adalah masalah yang harus segera diperbaiki. Pemimpin yang baru harus menjamin transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran. Serta, memastikan dana daerah digunakan untuk proyek-proyek yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Seperti peningkatan infrastruktur dan pelayanan publik.
7. Politik Uang dan Praktik Koruptif
Politik uang masih menjadi momok dalam setiap pilkada, termasuk di Polman. Fenomena ini tidak hanya merusak proses demokrasi, tetapi juga menghambat munculnya pemimpin yang berkualitas dan berintegritas. Para calon pemimpin harus berani menolak politik transaksional dan menunjukkan komitmen kuat untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi. Ini membutuhkan langkah tegas dalam memperkuat institusi pengawasan dan mendorong partisipasi masyarakat dalam memantau jalannya pemerintahan.
8. Kesenjangan Pembangunan Antarwilayah
Polman menghadapi kesenjangan pembangunan yang signifikan antara pusat kota dan daerah terpencil. Banyak desa yang tertinggal dari segi pembangunan infrastruktur, akses layanan publik, dan peluang ekonomi. Pemimpin daerah harus mampu menciptakan kebijakan yang inklusif, memperkecil kesenjangan tersebut dengan memastikan bahwa semua wilayah. Terutama daerah pinggiran, mendapatkan perhatian yang setara dalam pembangunan.
9. Pariwisata yang Belum Maksimal
Polman memiliki potensi pariwisata yang besar, terutama dengan keindahan alamnya, seperti pantai dan budaya lokal yang kaya. Namun, sektor ini belum dikelola secara maksimal untuk meningkatkan perekonomian daerah. Pemimpin masa depan perlu memprioritaskan pengembangan pariwisata sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD). Dengan memperbaiki infrastruktur wisata, mempromosikan budaya lokal, dan melibatkan masyarakat dalam pengembangan sektor ini.
Kesimpulan
Calon pemimpin Polman harus mampu menghadapi tantangan-tantangan ini dengan pendekatan yang berorientasi pada reformasi, keberlanjutan, dan kesejahteraan masyarakat. Mereka perlu memiliki visi yang jelas untuk membawa perubahan nyata dalam tata kelola daerah, serta mampu menjalankan pemerintahan yang transparan, inklusif, dan efektif. Masyarakat Polman membutuhkan pemimpin yang reformis, tidak hanya memahami persoalan mendasar yang mereka hadapi, tetapi juga memiliki kemampuan dan integritas untuk mengatasinya dengan kebijakan yang tepat sasaran dan berkelanjutan.[*]