Sayangku, hidup kita seperti menyusuri tangga
Tanpa pangkal habisnya
Jauh di atas surga tergambar
Dan kaki-kaki semakin gatal
Disini angin terasa panas
Hingga telaga tak cukup untuk redakan haus
Tanah semakin jauh
Sayangku,
Kuberi kau apa maumu
Kusangka Maha gemerlapan
telah kau raih
Nyaris saja terlupa
Sang Maha Segala belum diperhitungkan
Kita lupa diri
Sayangku, hari-hari kita mendahului fajar
Mengumpulkan serpihan-serpihan nikmat
yang ditabur langit
Tanpa kita tahu
Ini bukan apa-apa
Sayangku,
Waktu sepertiga malam
Aku terbangun dengan dada kerontang
Kurindukan syahadatku
Kurindukan senyummu yang dulu selalu
cairkan penatku
Bukan salahmu, Sayang
Aku yang lalai
Aku yang menyuapimu dengan butiran-butiran
permata
hingga terkikis jua salju di matamu
Sayangku, ini dukaku
Di tengah petang
Di tengah deret anak tangga
Tanah masih rendah hati