Gunung, sungai, sawah, dan hawa ;
aksara yang tak mampu ditafsirkan para penunggunya.
Amoral, serakah, tamak, dan keangkuhan,
ialah pengejawantahan ilusi semesta yang fana.
Semuanya menjadi kejemawaan masa,
yang mencoba menyangkal hakikat keluhuran,
memaksa penunggu-penunggu muda
melupakan alegori masa dini.
Ikhtisar dari narasi Batetangnga ;
Ia bagai konglomerasi folklor yang luput dikisahkan
dalam bait ode yang mengalun pelan dipanggung peradaban.
Bagai cenderasa yang berbasuh pinta keampuhan,
tak mampu lagi menebas batang ilusi futuris.
Lalu, bagaimanakah ia dimasa mendatang ?
penulis naskah pun enggan
membuka lembaran berikutnya.
Pamu’tu 2013, Parepare 2015, Jakarta 2017
Doel Rachman