Revolusi Industri 5.0 merupakan tahap terbaru dalam perkembangan industri global. Setelah Revolusi Industri 4.0 yang berfokus pada otomatisasi dan digitalisasi. Revolusi Industri 5.0 hadir dengan tujuan menggabungkan teknologi canggih dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Dalam era ini, manusia dan mesin tidak hanya bekerja berdampingan. Akan tetapi, juga berkolaborasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih harmonis dan berorientasi pada keberlanjutan.
Konsep Revolusi Industri 5.0 muncul sebagai respons terhadap tantangan yang Revolusi Industri 4.0 timbulkan.
Meskipun otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI) pada era revolusi industri 4.0 telah membawa efisiensi yang luar biasa baik pada industrialisasi maupun pada kebutuhan manusia.
Namun, dari hal tersebut itu pula, banyak sektor mengalami disrupsi yang menyebabkan hilangnya pekerjaan dan berkurangnya interaksi manusia dalam dunia kerja akibat hal tersebut.
Oleh karena itu, Revolusi Industri 5.0 menekankan keseimbangan antara teknologi dan peran manusia, dengan fokus pada personalisasi, kreativitas, serta kesejahteraan sosial.
Kolaborasi Manusia dan Mesin era Revolusi Industri 5.0 menekankan kerja sama antara manusia dan teknologi canggih. Mesin dan AI tidak menggantikan manusia, akan tetapi mendukung mereka dalam meningkatkan produktivitas dan kreativitas.
Personalisasi Produk dan Layanan Berbeda dengan pendekatan otomatisasi massal dalam Revolusi 4.0, era 5.0 berfokus pada produksi yang lebih fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan individu.
Keberlanjutan dan Etika Industri 5.0 memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan dan etika dalam penggunaan teknologi. Termasuk pengurangan limbah industri dan penggunaan energi yang lebih efisien.
Kesejahteraan Manusia Penerapan teknologi dalam Revolusi Industri 5.0 tidak hanya untuk meningkatkan efisiensi bisnis.
Akan tetapi, juga untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat, inklusif, dan mendukung kesejahteraan mental serta emosional pekerja.
Dampak Revolusi Industri 5.0
Transformasi Dunia Kerja Dengan adanya integrasi teknologi yang lebih manusiawi, perusahaan akan lebih menekankan pada keterampilan soft skills. Seperti, kreativitas, komunikasi, dan pemecahan masalah.
Perubahan dalam Pendidikan dan Pelatihan Sistem pendidikan akan beradaptasi dengan kebutuhan industri yang semakin menekankan kombinasi antara keterampilan teknologi dan humaniora.
Pertumbuhan Ekonomi Berbasis Keberlanjutan Perusahaan yang mengadopsi prinsip Revolusi 5.0 akan lebih berorientasi pada keberlanjutan, yang pada akhirnya menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan inklusif.
Revolusi Industri 5.0 adalah langkah evolusioner dari Revolusi 4.0 yang mengutamakan keseimbangan antara teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan kolaborasi antara manusia dan mesin, industri dapat menciptakan inovasi yang lebih bermakna, berkelanjutan, dan berorientasi pada kesejahteraan sosial.
Sebab itu, adaptasi terhadap perubahan ini menjadi kunci bagi individu, perusahaan, dan pemerintah untuk menghadapi tantangan dan peluang di masa depan.
Negara yang Telah Menerapkan Revolusi Industri 5.0
Revolusi Industri 5.0 telah mulai diterapkan di berbagai negara dengan pendekatan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masing-masing.
Beberapa negara telah menjadi pelopor dalam penerapan konsep Revolusi Industri 5.0, baik dalam industri manufaktur, layanan, maupun sektor lainnya.Berikut adalah negara-negara yang telah menerapkannya:
1. Jepang sebagai Pelopor Society 5.0
Jepang sebagai negara yang pertama kali memperkenalkan konsep Society 5.0, yang merupakan bagian dari Revolusi Industri 5.0. Konsep ini menekankan integrasi teknologi dengan kehidupan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Beberapa scity 5.0 yang negara Jepang jalankan saat ini yaitu
- Penggunaan AI dan robotika. Jepang memanfaatkan AI dan robot untuk membantu pekerja manusia dalam berbagai industri, seperti manufaktur, kesehatan, dan layanan pelanggan.
- Teknologi berbasis manusia. Robot humanoid dan kecerdasan buatan digunakan untuk mendukung populasi lansia dan meningkatkan efisiensi kerja.
- Keberlanjutan dan efisiensi energi. Jepang mengembangkan sistem energi pintar berbasis AI untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya.
2. Jerman dengan Smart Manufacturing dan Industry 5.0
Sebagai pemimpin dalam industri manufaktur, negara Jerman terus mengembangkan konsep Industri 5.0 dengan pendekatan smart manufacturing yang lebih berorientasi pada keberlanjutan dan keterlibatan manusia.
Smart Manufacturing negara jerman berfokus pada manufaktur berbasis AI dengan mengadopsi teknologi AI dan IoT untuk mengoptimalkan produksi di pabrik dengan tetap melibatkan tenaga manusia.
Selanjutnya menerapkan Robot kolaboratif (cobots) yaitu, mesin dan manusia bekerja berdampingan untuk menciptakan proses produksi yang lebih fleksibel dan efisien.
Selain itu terdapat penerapan ekonomi hijau dalam hal ini pemerintah Jerman fokus pada penggunaan energi terbarukan dan teknologi ramah lingkungan untuk mengurangi dampak industri terhadap lingkungan.
3. Denmark dengan Teknologi Hijau dan Keberlanjutan
Denmark adalah salah satu negara yang memimpin dalam penerapan Revolusi Industri 5.0 dengan pendekatan ramah lingkungan dan berbasis manusia.
Adapun tenknolog yang berhasil Denmark kembangkan yaitu adanya revolusi industri 5.0 pada bidang teknologi energi terbarukan.
Denmark telah mengembangkan sistem energi pintar berbasis AI untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Tak hanya itu, Denmark juga telah membangun automasi berbasis etika. Yangmana pengembangan ini menekankan pentingnya keseimbangan antara teknologi dan kemanusiaan dalam berbagai sektor industri.
Selain itu ada juga pembangunan kota pintar (smart cities) yaitu dengan menerapkan teknologi berbasis data untuk menciptakan kota yang lebih cerdas dan nyaman bagi warganya.
4. Amerika Serikat dengan Integrasi AI dan Inovasi Teknologi
Amerika Serikat menjadi salah satu negara yang memimpin pengembangan teknologi AI, IoT, dan robotika dalam berbagai industri. Salah satunya adalah pengembangan AI di sektor industri.
Banyak perusahaan di AS menggunakan AI untuk meningkatkan efisiensi operasional dan menciptakan solusi inovatif. Terdapat juga teknologi medis dan kesehatan untuk mendiagnosis penyakit, pembuatan obat berbasis data, serta pengembangan perangkat kesehatan pintar.
Amerika juga mengembangkan automasi yang lebih human-centric, dengan mengadopsi pendekatan yang lebih berfokus pada kolaborasi antara manusia dan mesin daripada sekadar menggantikan tenaga manusia.
5. Korea Selatan dengan Smart Cities dan Infrastruktur Digital
Korea Selatan terkenal dengan infrastruktur digitalnya yang maju dan menjadi salah satu negara yang cepat mengadopsi teknologi Industri 5.0. Antaranya adalah Smart cities berbasis AI yang membuat kota-kota di Korea Selatan menerapkan teknologi AI dan IoT untuk meningkatkan efisiensi transportasi dan energi.
Terdapat juga robotika dan manufaktur pintar, digunakan untuk meningkatkan produktivitas tanpa mengurangi peran manusia dalam industri.
Pengembangan teknologi 6G juga di insiasi negara ini, dalam mempersiapkan era komunikasi baru dengan pengembangan jaringan 6G untuk mendukung konektivitas yang lebih cepat dan efisien.
Revolusi Industri 5.0 telah mulai diterapkan di berbagai negara dengan pendekatan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masing-masing.
Jepang dan Korea Selatan fokus pada teknologi berbasis manusia dan AI, Jerman pada smart manufacturing dan ekonomi hijau, Denmark pada keberlanjutan. Serta Amerika Serikat pada inovasi teknologi canggih.
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak negara yang akan mengadopsi konsep Revolusi Industri 5.0 untuk menciptakan ekosistem industri yang lebih cerdas, inklusif, dan berkelanjutan.[*]