Banyak cara dapat dilakukan dalam berbagi cinta untuk sesama apalagi di momentum ramadhan mubarak. Sahabat Bencana yang terdiri dari gabungan komunitas melakukan agenda kemanusiaan; berbagi sehari semalam di tengah-tengah penyintas dari Aholeang dan Rui.
Komunitas yang sempat ikut di simpul sahabat bencana kali ini, yaitu Wanua Sulolipu, Ikatan Pemuda Anreapi, Rumah Baca Inspirasi, Gatra Mamasa, Blantara, Ruang Bacata, Lattang Literasi Kunyi, KPA Pangupu Padang dan Karang Taruna Anreapi.
Masih terasa kuat ingatan atas duka akibat gempa bumi Sulawesi Barat 2021. Goncangan dahsyat akibat gempa darat berkekuatan 6,2 SR yang melanda pesisir barat Pulau Sulawesi, Indonesia pada tanggal 15 Januari 2021, pukul 02.28 WITA. Pusat gempa berada di 7 km timur laut Majene, Sulawesi Barat dengan kedalaman 10 km.
Sampai saat ini, para penyintas, khususnya dari Dusun Aholeang dan Rui, masih menetap di area pengungsian. Ada yang masih bertendakan terpal meski ada pula beberapa telah memiliki hunian sementara yang terbuat dari kayu dan atap seng, buah tangan dari Gusdurian dan lembaga IZI. Relokasi dari pemerintah sedianya harus tergaskan segera.
Tanggal 17-18 April 2021, para relawan Sahabat Bencana menyaksikan langsung area pengungsian dihiasi beberapa pohon kelapa sawit di Desa Mekkatta, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene. Kepadatan area pengungsian masih menjadi pemandangan yang marak. Tiga bulan berlalu, ratusan kepala keluarga (KK) ini masih menunggu harapan-harapan terkait relokasi yang dijanjikan Pemerintah Daerah Kabupaten Majene.
Kado Cinta Ramadhan dari Sahabat Bencana terbagi berupa 150 paket sembako, paket balita, 100 Alqur’an, buku Iqra. Kegiatan diisi dengan berbagi buku-buku bacaan, buka puasa bersama, berbagi takjil di dua mushollah di area pengungsian, dan nonton film lewat layar tancap, meramu keceriaan bersama para penyintas.Terima kasih orang-orang baik. Kami hanya perpanjangan tangan niat baik para dermawan.
Tiba saatnya bunyi beduk berbuka. Seteguk membasuh dahaga. Biji-biji bola mata basah. Tertawa dalam ratap. Sampai kapan mereka berada dalam tenda-tenda? Oh semesta, kita paham Maha Penyayang senantiasa hadir menyeruak ruang batin. Ah, tangis bayi di dalam tenda itu membaluri jejakku sesaat. Mata-mata batin terbukalah. Mereka butuh hunian tetap, aman, dan nyaman di atas tanah tua ini.