Perkuat kesiap siagaan masyarakat terkait bencana alam, BMKG pusat dan BMKG Stasiun Geofisika Gowa menggelar kegiatan Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami di Polewali Mandar, Kamis (12/10/2023).
Kegiatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berlangsung di Aula Hotel Ratih, Polewali. Rencananya berlangsung dua hari, mulai Kamis (12/10) sampai Jumat (13/10/2023).
Hadir pada kegiatan pertama Kepala Stasiun Geofisika Gowa Rosa Amelia, dan Sekretaris Daerah (Sekda) Polman Andi Bebas Manggazali. Ketua Komisi III DPRD Polman Rahmadi dan Kepala BPBD Polman Andi Afandi. Selain itu hadir secara virtual Kepala Pusat BMKG Daryono dalam kegiatan tersebut.
Adapun peserta dalam kegiatan itu sebanyak 50 orang dari berbagai lembaga, institusi, dan komunitas masyarakat.
Dalam sambutannya, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, Risiko bencana gempabumi dan tsunami tersebut dapat dikurangi apabila melakukan upaya mitigasi secara terencana dan terukur yang melibatkan semua pihak termasuk masyarakat.
“Ini merupakan salah satu ikhtiar kita untuk memperkuat dan meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap upaya mitigasi gempa bumi dan tsunami. Guna, mewujudkan masyarakat siaga gempa dan tsunami.” kata Daryono.
Lanjutnya, Salah satu upaya mitigasi tersebut adalah pelaksanaan Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami. Adaupun pesertanya dari berbagai lembaga, institusi, dan komunitas masyarakat sebanyak 50 orang.
Sementara itu, SekDa Kabupaten Polewali Mandar Bebas Manggazali, menyampaikan apresiasinya kepada BMKG atas penyelenggaraan SLG di wilayah Polewali Mandar.
Bebas juga menyampaikan komitmen pemerintah Kabupaten Polewali Mandar dengan BMKG untuk melakukan koordinasi intensif dalam membangun kesiapsiagaan bencana alam.
Sekda Polman berencana akan mengimplementasikan hasil dari kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami ini demi Terwujudnya Masyarakat Siaga Gempabumi dan Tsunami di Kecamatan Tinambung.
Sebab munurutnya, dalam sejarah wilayah Polewali Mandar pernah dilanda tsunami akibat gempa bumi dengan Magnitudo 6,3 pada tanggal 11 April 1967. Waktu itu, pusat gempa berada di Teluk Mandar. Peristiwa ini dikenal luas sebagai Tsunami Tinambung 1967.
“Tsunami destruktif ini menelan korban korban jiwa lebih dari 58 orang meninggal dunia. Sebagian besar korban di Muara Sungai Tinambung dan beberapa Nelayan hilang.” ungkap Bebas.
Sementara itu, Kepala Stasiun Geofisika Gowa Rosa Amelia memaparkan, kegiatan ini dalam bentuk pemaparan materi dan table top exercise (TTX) Polewali Mandar. Serta, susur jalur di pesisir pantai desa Tangnga-Tangnga.
Dalam laporannya Rosa menyampaikan, peserta mendapatkan edukasi terkait potensi kegempaan dan tsunami di wilayah Kabupaten Polewali Mandar. Selain itu, juga terkait upaya kesiapsiagaan menghadapinya.
Sekolah Lapang Gempa bumi dan Tsunami juga menjadi momen untuk mewujudkan masyarakat siaga tsunami berdasarkan 12 indikator yang ditetapkan oleh IOC-UNESCO.
BMKG telah menyusun Peta Bahaya Tsunami dan Peta Jalur Evakuasi Tsunami untuk wilayah Desa Tangnga-Tangnga, Kecamatan Tinambung. Wilayah tersebut merupakan wilayah dampingan calon masyarakat siaga tsunami.
Dalam kesempatan tersebut, juga penyerahan cenderamata dan tas siaga bencana yang diserahkan langsung Kepala Stasiun Geofisika Gowa Rosa Amelia kepada Sekda Polman dan Kepala BPBD Polman.[*]