in

Snack Toleransi Memantik Rasa Toleran Calon Kades Indu Makkombong

Hari Toleransi
Snack Toleransi Memantik Rasa Toleran Calon Kades Indu Makkombong

Satu hari sebelum pemilihan Cakades, tepatnya tanggal 16 November 2021, perhelatan hari toleransi, aku dan kawan-kawan Komunitas Blantara berbagi snack toleransi, di Dusun Salupaku, Desa Indu Makkombong, Kecamatan Matakali, Kabupaten Polman.

Di pelataran Gereja Masehi Injil Indonesia (GMII Makkombong), salah satu tempat asyik yang selalu kami gunakan bermain belajar, belajar bermain bersama anak-anak. Ummat muslim jumlahnya minoritas, ummat kristiani mayoritas, namun toleransi kuat terjaga sampai saat ini.

Apa hubungannya snack toleransi, dengan pesta demokrasi pemilihan raja kecil/kepala desa, di Di Desa Indu Makkombong?.Yah, tanpa bermaksud mencocok-cocokkan, esensi toleransi dan demokrasi memang tidak bisa dipisahkan, bagaikan kotak suara dan surat suara, kotak suara tidak akan terisi tanpa adanya surat suara, begitupun surat suara tidak bisa ditampung tanpa adanya kotak suara.

Demokrasi tidak akan bisa tercipta dengan sehat tanpa adanya toleransi dalam keberagaman, keberagaman tidak akan mampu dirangkul tanpa adanya praktek demokrasi yang sehat, adil, dan jujur.

Nah, calon kades yang tidak menerima keberagaman, berarti ia mengingkari esensi demokrasi, otomatis memiliki karakter intoleran.

Nah, jika cakades intoleran, tidak mencintai keberagaman, maka jauh-jauhlah dari Dusun Salupaku, jumlah wow 360 suara di sana tidak akan memilih sosok intoleran, sebab masyarakat Salupaku, dari turun-temurun sangat menjaga nilai-nilai toleransi, antar suku dan agama.

Bagaimana ummat beragama hidup rukun, Kristen dengan ketaatan beribadah di gereja, Islam beribadah di Masjid, laku kolektifitas di ruang-ruang sosial pun tetap terjaga, spirit gotong-royong sudah menjadi bagian internalisasi yang terimplementasi, bukan sebatas ekspektasi.

Toleransi di kampung ini, bagaikan snack toleransi yang kriuk, renyah. Snack toleransi tidak melihat dari bungkusan dan semahal apa krupuk-krupuk ini, namun lebih kepada kenikmatan kebersamaan, mencicipinya mampu mengalahkan snack termahal di market-market modern, sederhana namun mampu dinikmati beramai-ramai, tanpa harus membandingkan anak yang Muslim dapat banyak anak Kristen dapat sedikit, anak Suku Toraja dapat banyak, Suku Mandar, Suku Bugis sedikit dan suku Jawa banyak.

Ciri Khas Dusun Salupaku, terdapat  beragam suku bermukim ada Toraja, Mandar, Pattae,Bugis dan Jawa. kadang kawan-kawan menamainya gambaran Indonesia mini.

“Paketan snack toleransi ini kami berikan kepada anak-anak Salupaku, yang masih terus tetap semangat, menjaga persaudaraan dengan teman sebaya mereka, meski berbeda agama dan suku, sebelum kami membagi snack toleransi, beberapa poin pertanyaan dan ajakan akan terus menjaga toleransi tetap terjaga, alhamdulilah mereka menjawab dengan tepat,” ungkap Ade Hartina selaku pegiat literasi Blantara.

Anak-anak riang gembira, selingan bermain game, dan tepukan-tepukan inovasi, membuat suasana semakin akrab. Kebahagiaan anak-anak menjadi suplement penguat bagi aku, dan kawan-kawan Blantara, untuk terus hadir di Kampung Toleransi ini.

Namun ada hal yang miris membuat hati pilu, sebab jalan utama Dusun Salupaku ini membuat naluri bergejolak, sampai kapan warga kampung sini merasakan, jalanan mereka parah, apatah lagi musim hujan mengguyur, sudah semacam kolam panjang yang keruh.

Kami pun kerap mendapati pemandangan yang serupa, kala hujan turun dan sehabis hujan pun, jalanan rusak menjadi kesan tersendiri, tentang infrastruktur jalan, seakan bersuara kapan kami diaspal dan diperbaiki?.

Perlu diketahui di desa ini, terdiri dari 6 dusun, salasatu jalan pusat kampung di Dusun Salupaku butuh perhatian serius. Berbicara skala prioritas yah kami melihat Dusun Salupaku layak untuk diperjuangkan, ada 360 suara untuk calon kades. Namun harapan besar jangan biarkan Dusun Salupaku terus merasakan hal demikian, sudah saatnya memilih pemimpin yang ril bukti nyata kepada masyarakat, bukan sebatas polesan visi misi.

Dusun Salupaku gambaran mini Indonesia, keragaman agama dan suku ada di sana. Pilihlah pemimpin yang betul-betul layak dipilih, bukan yang tebang pilih keadilannya terhadap 6 dusun, kepala desa harus berdesa dan berdusun.

Isu keberagaman dan toleransi, semoga mampu dirangkul oleh kepala desa yang terpilih nantinya. Desa Indu Makkombong butuh pemimpin baru yang betul-betul merakyat, dan toleran.

Bapak Dusun Marten Pasau berkata bahwa “Saya teringat pepatah orang tua kami pilihlah pemimpin yang jujur, adil, mengedepankan kebenaran dan keadilan, ada slogan yang selalu kami ingat, mereka berkata : Malutu siapi wai, anna dilambi omi kakabutoanna, artinya : air yang keruh didapat diinjak, dilalui, belum jernih airnya, sudah ditemukan kebohongannya,”.

Menarik juga mengambil filosopi air keruh sebagai bentuk kritikan terhadap pemerintah yang tak pro terhadap masyarakat.

Selamat berdemokrasi Desa Indu Makkombong, hari ini 18 November 2021, masa depan 6 dusun dipertaruhkan, yah 3 kandidat calon kepala desa berkompetisi, meraih kursi Raja Desa/Pemimpin di Desa.

Salam cinta dari snack toleransi, siapa pun terpilih titipan kecil dari Dusun Salupaku, infrastruktur jalan menjadi prioritas, bansos-bansos harus adil terbagi di 6 dusun, dan ikatan toleransi jangan dilepas namun harus semakin dirawat.

Diakhir imajinasi liarku melontarkan kata, “Pengen jadi raja di desa?, anda tidak toleran? tidak peka? aih lemah,”.

Written by Karmila Bakri

Perempuan petualang_perakit kata, Karmila Bakri, asal dari Polman_Sulawesi Barat. Lahir di Dara 19 agustus 1985, bergelut di media online Pattae.Com. Aktif di komunitas literasi Blantara, bergerak juga di kegiatan sosial, pendampingan perempuan, lansia dan difabel.
Ayo baca alam, baca manusianya, agar kita mampu bijak memperlakukannya!

Workshop Penguatan Kapasitas kepada insan media, dalam mendukung kota tanggap ancaman Narkoba,

BNNK Polman Gelar Workshop Tanggap Ancaman Narkoba ke Insan Media

DPT Pilkades

Banyak Warga Tak Masuk Dalam DPT Pilkades, PMD: Kami Juga Tak Tahu