Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Ina Agustina Isturini, memasukkan Provinsi Sulawesi Barat sebagai wilayah dengan jumlah kasus kusta tertingi di Indonesia.
Ina Agustina dalam keterangannya menjelaskan. Indonesia telah menunjukkan kemajuan dalam pengendalian kusta dan filariasis melalui strategi deteksi dini, pengobatan massal, dan kolaborasi lintas sektor.
Meski demikian, Ia menyampaikan berbagai tantangan yang masih belum teratasi seperti, stigma sosial, dan keterlambatan diagnosis.
Selain itu, rendahnya kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam menjalani pengobatan juga menjadi salah hal yang harus segera teratasi.
Saat ini, Total penderita Kusta tercatat sebanyak 12.798 kasus baru. Angka ini memposisikan Indonesia pada peringkat ketiga dunia dengan jumlah kasus baru Kusta.
“Indonesia masih menempati peringkat tiga dunia dalam jumlah kasus baru kusta,” ungkap Ina, dalam keterangannya pada Jumat (31/1/2025).
Lanjut Ina mengungkapkan, provinsi selain Sulawesi Barat yang mencatat kasus kusta tertinggi, berada di NTT, Sulawesi Tengah, Maluku dan Papua.
“Provinsi yang mencatat jumlah kasus kusta tertinggi, yakni Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, dan Papua,” terangnya.
Prevalensi kusta di Indonesia, kata Ina, telah menurun sejak 1981. Namun eliminasi total masih menjadi target utama dengan visi “Zero New Cases, Zero Disabilities, dan Zero Stigma”
Sementara itu, dokter dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) Sri Linuwih Susetyo Wardhani Menaldi, mengungkapkan lima strategi dalam mencapai target emilinasi kusta 2030.
Pertama, kata Sri, yaitu melakukan deteksi dini dan pengobatan cepat dengan terapi Multi-Drug Therapy (MDT) selama 6 hingga 12 bulan.
Kedua, pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) di daerah dengan kasus tinggi.
Ketiga, melakukan surveilans aktif untuk menemukan kasus secara cepat.
Keempat, melakukan edukasi dan promosi kesehatan untuk mengurangi stigma dan meningkatkan kesadaran masyarakat.
“Stigma terhadap penderita kusta menjadi hambatan utama dalam upaya eliminasi,” kata Sri.
Lanjut, strategi terakhir yaitu, menggalakkan kolaborasi lintas sektor untuk mempercepat eliminasi kusta di Indonesia.[*]