#

Tak Disangka Nurdin Abdullah Kini Memakai R0mpi Oranye

Rompi Oranye KPK
Gambar: Disemua.com

Rompi Oranye | Masih segar diingatan, saat Nurdin Abdullah mengucurkan bantuan pasca gempa di Sulawesi Barat, tak terbilang fans fanatik, mengagumi sosok Gubernur Sulawesi Selatan ini.

Salah satu bantuan beberapa unit huntara bagi penyintas di Desa Kabiraan, Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene, menyita perhatianku kala itu.

Saat aku berbincang dengan Kepala Desa Kabiraan, tanggal 10 februari 2021. Yah, bantuan beberapa unit, jejaring Nurdin Abdullah lewat link internasional.

Akupun menimpali. Yah, tidak diragukan Pakde (sapaan Kepala Desa), sekelas bapak Nurdin Abdullah, tentu jaringan beliau lintas internasional, bukan hal yang harus dipertanyakan lagi.

Sosok pemimpin cerdas, keren, dua periode membangun Kabupaten Bantaeng. Apatah lagi link internasional tak diragukan. Sekilas aku bergumam. Yah, virus korupsi bisa menjangkiti siapa saja.

Aku menyaksikan popularitas Nurdin Abdullah, lewat media sosial. Sebagai Bupati Bantaeng dua periode, dan berhasil menjadi orang nomor satu di Sulawesi Selatan.

Jejak diskusi di media sosial yang menjadikan Nurdin Abdullah sebagai narasumber, di tiap live. Baik di layar kaca televisi, maupun lewat YouTube aku saksikan. Dia adalah seorang akademisi, professor, cerdas, tak berlebihan jika aku mengagumi intelektual Nurdin Abdullah.

Tak disangka aksi heboh OTT (Operasi Tangkap Tangan) yang dilakukan team KPK. Sontak membuat para netizen riuh dan ramai, menyampaikan turut berduka cita. Fans fanatik ramai-ramai membuat postingan pembelaan hingga ekspresi tak percaya.

Teringat saat Nurdin Abdullah menerima penghargaan Anti Korupsi dari Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA) pada tahun 2017. Seakan tak berarti apa-apa.

Mata terbelalak, mengelus dada, salah satu pemimpin daerah yang pernah menjadi role mode anti korupsi, kini terjaring KPK. Ini menandakan bahwa tidak ada jaminan prestasi melekat. Semua proses diprediksi akan baik-baik saja, sebab kesadaran harus selalu dipupuk, dengan laku diri.

Godaan selalu datang mengintai, dan kaum motivator terkadang memberi penguatan, rangkaian kata berujung “Sabar Pak, ini ujian pemimpin”. Namun, lain lagi kaum berpikir kritis “Tidak urus dengan jejak rekam, namanya maling uang rakyat, yah harus diadili lah. Koruptor yah harus dihukum, tak ada toleransi, dengan kacamata hukum, walau dia seorang professor sekalipun”.

Guyonan diatas mengandai-andai dibawa alam bawah sadar ku, ekspektasi berlebihan dengan mengidolakan seseorang. Harus hadirkan batasan, sebab idola kita juga manusia biasa kan?.

Penghargaan pada momentum tertentu, orang bisa berbangga diri. Namun, dikesempatan lain, nama baik akan tercoreng, dengan perbuatan diri sendiri. Karena godaan ruang dan kesempatan.

Dikutip dari Pantauan detikcom di Gedung Merah Putih KPK, Kuningan Jakarta Selatan, Minggu (28/2/2021) Nurdin Abdullah tampak turun dari lantai 2 Gedung KPK. Nurdin berjalan ke ruang konferensi pers dengan menggunakan rompi oranye KPK bersama dua orang lainnya.

Lembaga KPK yang terhormat, tikus-tikus berdasi, masih banyak berkeliaran di ruang-ruang birokrasi, semoga dengan tertangkapnya Nurdin Abdullah, bisa menjadi taring yang lebih tajam lagi. Mendeteksi di berbagai daerah pelaku-pelaku korupsi.

Sebagai manusia yang masih belajar meruang, terlepas dari kepentingan politik identitas, akal waras masih bekerja, tentu kita sama meyakini, dari Sabang sampai Merauke, bahwa korupsi itu berakibat melanggengkan pemiskinan, rakyat sengaja dimiskinkan dengan perilaku para koruptor.