Makna Merdeka | Negara Kesatuan Republik Indonesia, memasuki usia ke 75 tahun. Terhitung dari kejadian bersejerah tahun 1945. Saat itu pula Indonesia memproklamirkan kemerdekaan menentukan nasibnya sendiri secara politik (belum pada ekonomi).
Kini, momentum bersejarah itu, tiap tahunnya diperingati dengan berbagai cara. Mulai dari mengibarkan bendera merah putih diatas puncak gunung, dilaut, dan depan rumah masing-masing.
Selain itu, perayaan menyambut 17 Agustus kemerdekaan ini, dilakukan dengan berbagai bentuk partisipasi. Mulai mengikuti lomba di tiap-tiap desa atau kelurahan, hingga mengikuti upacara bendera.
Dari serangkain kegiatan tersebut, pernah kah kita sedikit merenung, tentang makna “Merdeka” itu sendiri? Apa sih, “Merdeka” itu?
Dalam tulisan ini, secara singkat mencoba menjelaskan makna “Merdeka” dari sudut pandang seorang pejuang kemerdekaan yaitu Tan Malaka (1897-1949).
Bila anda pernah membaca karnyanya, silahkan di abaikan. Jika belum, disarankan untuk lanjut membaca.
Tan Malaka, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bapak Republik, banyak menulis tentang ke Indonesia-an. Salah satu tulisannya yang populer dikalangan aktivis yaitu, tentang “Merdeka 100%”.
Konsep tersebut ia tuangkan dalam bentuk tulisan yang terbit pada 24 November 1945 di Surabaya. Tidak lama setelah Soekarno memproklamasikan Indonesia merdeka.
Tulisan yang dia tuangkan dalam bentuk percakapan, membahas tentang makna “merdeka” hingga kemerdekaan secara ekonomi.
Percakapan antara Mr. Apal (mewakili kaum intelektual), Si Toke (mewakili pedagang kelas menengah), Si Pacul (mewakili petani), Denmas (mewakili kaum ningrat), dan Si Dodam (mewakili buruh) menghasilkan satu makna tentang kemerdekaan secara jelas.
Makna Merdeka
Dari percakapan 5 orang yang memiliki profesi berbeda-beda itu, menyimpulkan makna “Merdeka” yaitu, saat penindasan dan penghisapan manusia atas manusia lainnya, atau Bangsa dengan bangsa lain, penghisapan Negara atas Negara lain, itu telah hilang.
Lebih mendalam Tan Malaka memaknai merdeka, apabila suatu bangsa itu, mampu mandiri secara mental, budaya, politik, pertahanan, dan ekonomi. Tidak bergantung pada dan dikuasai oleh bangsa lain.
Bila mengambil ukuran Tan Malaka dalam memaknai kata Merdeka. Bangsa Indonesia hingga kini belumlah merdeka 100%. Khususnya, kemerdekaan secara ekonomi.
Indonesia terbilang masih tergantung pada ekonomi global yang mengontrol kehidupan ber-Negara hingga ke akar rumput rakyar Indonesia.
Harga pangan, minyak, hingga produksi hasil bumi lainnya masih di kontrol penuh secara global oleh Negara lain.
Pernahkah kita dapatkan petani menentukan hasil panen mereka sendiri? Adakah Buruh menikmati dan menentukan harga hasil produksi mereka sendiri? Bisakah bangsa Indonesia terbebas dari hutang dengan Cuma-cuma? Bila belum, Indonesia belumlah merdeka.
Jika seperti itu, Lantas apa yang dirayakan pada moment 17 Agustus ini? Jawabannya adalah, kita hanya memperingati pembacaan teks proklamasi, bukan merayakan kemerdekaan.[*]