“Tosalama Sang Pembawa Ajaran Islam Pertama di Tanah Pattae” Penulis: Aminuddin
Sebelum masuknya Islam, masyarakat suku Pattae memiliki kepercayaan yang disebut animisme dan dinamisme. Paham ini percaya tentang keberadaan roh-roh atau benda-benda seperti pohon, batu besar yang memiliki kekuatan diluar nalar manusia. Kepercayaan ini sangat ditentang ajaran Islam sendiri. [1]
Masuknya Islam di wilayah Kerjaan Binuang, tepatnya di Kampung Penanian, Desa Batetangnga. Pada awalnya dibawa oleh Syekh Kamaluddin Dato’ ri Bandang. Ia dikenal dengan gelar Sanre[2] atau Tosalama di Penanian pada akhir Abad VI.
Setibanya Tosalama ini yang membawa ajaran Ajaran Islam Pertama di Tanah Pattae, kepercayaan masyarakat Pattae di wilayah Batetangnga yang dianggap berhala pun, mulai ditinggalkan.
Dato’ Ribandang mengajarkan Islam dengan berbagai mukjizat yang dapat menarik perhatian dan kekaguman masyarakat Pattae. Mukjizat itu seperti kemampuan berjalan diatas permukaan air, beribadah diatas pelapah pisang, dan lain sebagainya. Sehingga, Tosalama dengan mudah menyebarkan ajaran Islam di tanah Pattae.
Dengan usaha dan kesabaran Tosalama, kepercayaan animisme dan dinamisme yang tumbuh subur dalam masyarakat Pattae mampu di minimalisir.
Sekalipun mustahil kepercayaan itu dihilangkan secara keseluruhan akan tetapi, praktek-praktek animisme dan dinamisme ini seperti mimala[3] bisa ia minimalisir dengan metode mencampurkan budaya aluk todolo dengan ajaran islam.
Setelah pelajaran pertama tentang ketauhidan yaitu Kemaha Esaan Allah SWT, telah berjalan dengan baik. Syeh Kamaluddin (Tosalama) kemudian melangkah ke pengajaran islam lainnya seperti; shalat, zakat, puasa dan haji serta larangan mengkonsumsi daging Babi.
Puasa Tallu Ramadhan untuk Islam Pemula
Bulan Ramadan dalam islam, merupakan bulan dimana seluruh umat islam di belahan dunia mana-pun, wajib menjalankan rukun Islam ke 4 ini yaitu, ibadah puasa selama 1 bulan penuh. Ibadah puasa, seperti diketahui merupakan ibadah menahan makan, dan minum, serta menahan nafsu, amarah. Hal itu dilakukan mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
Baik umat Islam di dunia, maupun di Indonesia, melakukan puasa selama sebulan penuh. Beda halnya dengan masyarakat Pattae, khususnya warga Batetangnga pada awal masuknya Islam.
Pengajaran awal Tosalama di Penanian, yang sangat menarik untuk disimak, yaitu ajaran Puasa Tallu Ramadhan (tiga puasa selama ramadhan). Puasa yang dilakukan hanya tiga hari selama sebulan penuh, mulai dari hari pertama “satu puasa” kemudian hari ke lima belas “dua puasa”. Dan hari terakhir Ramadan “tiga puasa” kemudian Lebaran Idul Fitri.
Peraktek ini berlangsung selama beberapa tahun hingga kesadaran dan kemampuan masyarakat sudah dianggap layak untuk melaksanakan puasa selama sebulan penuh.[4]
Ajaran Puasa Tallau Ramadan sebenarnya hanya diperuntukkan bagi umat Muslim yang baru memeluk agama Islam (muallaf) kala itu. Karena pada saat Tosalama memperkenalkan ajaran puasa, bermunculan berbagai keluhan dari beberapa masyarakat akan beratnya ibadah tersebut.
Kekhawatiran Tosalama akan ditinggalkannya ajaran Islam yang dibawahnya, maka Beliau pun berinisiatif dengan cara mengurangi jumlah Puasa Ramadan, hal ini bertujuan agar puasa lebih muda untuk diamalkan, dan masyarakat tidak kembali lagi ke kepercayaan luluhurnya.
Sekalipun Puasa Tallu Ramadan sudah ditinggalkan oleh masyarakat pattae di desa Batetangnga saat ini, hal tersebut dapat diamalkan bagi kalangan anak-anak yang masih belajar dan mengenal tentang ajaran ibadah Puasa Ramadan itu sendiri.
Catantan:
[1]H. Matta, t.th.k, Tomakaka Penanian (Binuang: 06 Juni 2013).
[2]Sanre atau sade, yang merupakan dasar kata dari “Sanderatta” (Sandaran Kita) yang bermakna sandaran masyarakat Batetangnga untuk bertanya dalam sesuatu hal yang kurang dimengerti dan dipahami dalam ajaran Islam.
[3]Mimala; sebuah teradisi masyarakat suku Pattae yang mempersembahkan sebuah sesajen yang biasanya berisi telur dan daun-daunan kepada benda-benda keramat seperti Pohon dan Batu, guna mengharapkan kekuatan, perlindungan dan rejeki yang melimpah.
[4]H. Saraila, t.th.k, Imam Mesjid dan Sejarawan Pattae (Binuang: 21 Juli 2013). Dan H. Matta, t.th.k, Tomakaka Penanian (Binuang: 06 Juni 2013).