Reses di Tiga Desa,...

Polewali Mandar Ketua DPRD Polewali Mandar (Polman) Fahry Fadly menggelar reses tahap ketiga Masa...

MJF Gelar Polman Offroad...

Polewali Mandar Dalam rangka memeriahkan Hari Jadi Kabupaten Polewali Mandar (Polman) ke-66, komunitas Mandar...

Jembatan Tapua Tak Kunjung...

Jembatan penghubung di Desa Tapua, Kecamatan Matangnga, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, hanyut...

Ajbar Bantu Nelayan di...

Polewali Mandar Anggota DPR RI Komisi IV bidang Pertanian, Kelautan, dan Perikanan, Ajbar...
HomeEditorialMengenal Bela Diri...

Mengenal Bela Diri Mancaq Suku Pattae yang Mematikan

Mancaq merupakan bentuk bela diri yang ada dalam masyarakat suku Pattae. Bela diri ini, merupakan bekal bagi para perantau agar dapat mempertahankan dirinya, berjaga-jaga, bila mendapat serangan seperti perampokan dan sesuatu yang dapat mengancam dirinya dari bentuk kejahatan lain.

Sekarang ini, Bukan hanya yang hendak beranjak merantau (Massompa) nantinya dibekali bela diri Mancaq tersebut. Namun, mulai remaja sampai orang dewasa kini telah mempelajari bela diri khas Pattae ini dari sang Halipah (guru Mancaq) dengan beberapa syarat tentunya.

Halipah ini merupakan nama julukan bagi sang pewaris sah Mancaq sekaligus orang yang secara legal sesuai tradisi turun-temurun, dapat menurunkan atau mentransformasikan ilmu bela diri Mancaq yang dimilikinya kepada orang lain.

Dulunya, tidak semua orang/kalangan diajarkan beladiri Mancaq tersebut, hanya beberapa orang tertentu saja seperti orang yang berniat untuk merantau yang dapat diajarkan beladiri tersebut.

Kehati-hatian para halipah ini disebabkan karena adanya kekhawatiran bila suatu saat nanti menucul sifat sombong, angkuh, para murid karena sudah merasa jago silat dan pada akhirnya menantang siapa saja yang ingin dia lawan. hal ini sangat dilarang keras dalam beladiri Mancaq dan merupakan syarat mutlak untuk tidak dilakukan jika ingin mempelajari beladiri Mancaq tersebut.

Selain beladiri Mancaq, ada juga beladiri yang disebut Medang. beladiri ini tidak jauh berbeda dengan Mancaq. Mammedang, biasa kita liat secara gratis di saat pertunjukan silat tradisional dengan gerakan-gerakan indah seni beladiri (Bunga-bunga), sedangkan Mancaq, lebih kepada trik-trik rahasia yang tidak boleh di pertontonkan secara umum.

Perbedaannya adalah jika Medang, diawali dengan bunga-bunga atau gerakan sini beladiri dan biasa dipentaskan, sedangkan Mancaq tanpa ada gerakan-gerakan awal, namun langsung menyerang dengan gerakan mematikan yang disebut taman mesa, taman dua.

Syarat Mendapat Ilmu Beladiri Mancaq

Bela diri Mancaq, untuk dapat diterima sebagai murid harus menerima dan memenuhi beberapa syarat dari sang Halifah. Syaratnya pertama, calon murid harus dengan niat suci belajar bela diri tersebut tanpa dasar dendam kepada orang lain. Kedua, sesama murid tidak dibolehkan bermusuhan apalagi sampai meneteskan darah sesama murid.

Syarat tersebut diatas memiliki nilai filosofis bagaimana kehidupan masyarakat Pattae yang cinta damai, namun tetap memiliki prinsip siri’ bahwa masyarakat Pattae jika secara harkat dan martabat di injak-injak pastinya juga akan melawan. Mendahulukan nilai-nilai kemanusian, untuk saling menjaga, meminimalisir konflik antar sesama tanpa mencari permusuhan menjadi hal penting yang harus dipegang teguh.

Selain syarat diterima sebagai murid, ada juga syarat-syarat lain setelah diterima sebagai murid yaitu mengikuti prosesi Mappatamma. prosesi ini merupakan penutupan dari latihan bela diri Mancaq selama beberapa bulan, hal ini sama halnya layaknya mahasiswa setelah lulus kuliah tentu ada prosesi wisudah, begitupun dengan Mancaq, ada prosesi kelulusan-nya.

Pada prosesi Mappatamma ini, masing-masing murid yang sudah dianggap mahir dalam bela diri Mancaq tentunya harus menyediakan satu ekor ayam jantan yang siap untuk di sembeli, dan satu jeruk nipis dan satu jarum jahit.

Untuk Ayam jantan ini merupakan simbol kejantanan, serta keberanian setiap murid, dan jeruk nipis ini untuk diambil airnya lalu kemudian di tetes-kan kedalam kedua mata melalui jarum benang, hal ini merupakan azimat dan berfungsi menajamkan penglihatan para murid jika berhadapan dengan lawan nantinya.

Selain syarat dan tradisi diatas, ada juga dalam prosesi mappatamma Mancaq yaitu setiap murid diharuskan menelan langsung tanpa mengunyah ketan yang telah di remas berbentuk bulat yang besarnya sebesar kelereng. hal ini, menurut para Halifah, ketan yang ditelan tadi berfungsi untuk ketahanan tubuh.

Setelah prosesi dilalui, masuklah pada prosesi latihan terakhir dengan menggunakan parang asli, dan badik, maka di cobalah ketangkasan, dan kelincahan para murid, sejauh mana mereka menerima betul apa yang telah diajarkan.

Sejarah Lahirnya Mancaq Suku Pattae

Melacak sejarah datangnya bela diri Mancaq di tanah Pattae, belum bisa dipastikan siapa sebenarnya pembawa pertama silat tersebut, namun, dalam cerita para Halifah mengatakan orang pertama yang membawa silat Mancaq adalah orang perantau dari tanah Bugis

Perantau ini kebetulan lewat di suatu kerumunan warga yang sedang menonton orang latihan bela diri Mammedang. di lokasi itu, si perantau ini mengomentari latihan bela diri tersebut dengan nada menggampangkan lalu, ada salah satu warga yang mendengarnya dan mengikuti kemana perginya si perantau tersebut.

Setelah ditemuinya, orang dari suku Pattae yang mengikutinya tadi, meminta sang pengembara untuk diajari bela diri. Karena orang yang mengikutinya tadi memiliki firasat, bahwa orang perantau ini memiliki ilmu bela diri yang lebih handal. Maka, ia pun langsung memintanya diajari Mancaq.

Dari situlah awal mula bela diri Mancaq ada di tanah Pattae dan berkembang hingga saat ini. Bela diri ini, tidak bertujuan untuk mencari musuh. Akan tetapi, persaudaraan melalui syarat-syarat untuk mempelajari Mancaq tersebut yang di junjung tinggi. Jika kita melanggar syarat itu, diyakini akan berakibat fatal bagi orang yang melakukannya, bahkan sampai berakibat pada hilangnya jawa.

Karena itu, sangat dilarang keras orang yang sudah berlatih bela diri Mancaq bermusuhan para sesamanya (orang yang telah belajar Mancaq) meskipun beda Halifah (guru).

Get notified whenever we post something new!

spot_img

Kirim Tulisan Anda

Bagi anda yang ingin tulisan nya dipublis di laman pattae.com, silahkan kirim ->

Continue reading

Reses di Tiga Desa, Ketua DPRD Tanggapi Keluhan BPJS, PKH, & Infrastruktur

Polewali Mandar Ketua DPRD Polewali Mandar (Polman) Fahry Fadly menggelar reses tahap ketiga Masa Persidangan Pertama Tahun 2025 di tiga titik wilayah Dapil Luyo, yakni Desa Mambu, Desa Luyo, dan Desa Pussui, pada 1–5 November 2025. Fahry menyampaikan terima kasih kepada...

Ajbar Bantu Nelayan di Polewali Mandar Alat Tangkap Ikan

Polewali Mandar Anggota DPR RI Komisi IV bidang Pertanian, Kelautan, dan Perikanan, Ajbar Abdul Kadir, kembali menyalurkan bantuan alat tangkap kepada dua kelompok nelayan di Dusun Garassi, Desa Nepo, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar. Dua kelompok penerima bantuan tersebut masing-masing...

Dukungan Senator Jufri untuk Pelajar Polewali di LCC MPR RI

Senator asal Sulawesi Barat, Jufri Mahmud, memberikan apresiasi dan dukungan penuh kepada siswa-siswi SMAN 3 Polewali yang berhasil terpilih sebagai perwakilan Provinsi Sulawesi Barat dalam Lomba Cerdas Cermat (LCC) Empat Pilar MPR RI 2025 yang digelar di Jakarta. Pertemuan antara...

Enjoy exclusive access to all of our content

Get an online subscription and you can unlock any article you come across.