Reses di Tiga Desa,...

Polewali Mandar Ketua DPRD Polewali Mandar (Polman) Fahry Fadly menggelar reses tahap ketiga Masa...

MJF Gelar Polman Offroad...

Polewali Mandar Dalam rangka memeriahkan Hari Jadi Kabupaten Polewali Mandar (Polman) ke-66, komunitas Mandar...

Jembatan Tapua Tak Kunjung...

Jembatan penghubung di Desa Tapua, Kecamatan Matangnga, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, hanyut...

Ajbar Bantu Nelayan di...

Polewali Mandar Anggota DPR RI Komisi IV bidang Pertanian, Kelautan, dan Perikanan, Ajbar...
HomeTravelingBudayaTradisi Kelahiran Anak...

Tradisi Kelahiran Anak Pertama Suku Pattae

Masyarakat Indonesia memang dikenal banyak orang denganĀ adat istiadatĀ (tradisi) yang masih bersifat tradisional. Mereka melakukan kebiasaan tersebut, tentunya memiliki nilai filosofi antara alam dan manusia.

Melestarikan tradisi leluhur, salah satu warga Sulewatang, Kecamatan Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, melakukan tradisi lahirnya anak pertama Surukan. Selasa 24 Desember 2019.

Berangkat pada pukul 08:00 Wita pagi dari Sulewatang menuju sungai Surukan tempat pelaksanaan ritual. Sungai itu berada di daerah Indo Apping desa Benteng Paremba, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.

Ritual itu dilakukan dengan terlebih dahulu membacakan do’a, atau masyarakat suku Pattae menyebutnya Mappamula. Awal ritual dilakukan dengan meletakkan berupa uang koin, daun siri, buah pinang yang sudah di belah menjadi tiga bagian, lalu di lapis sepotong daun pisang. Setelah itu, di letakkan di dekat pohon yang tumbuh di pinggir sungai Surukan.

Keluarga Makmur (40) dan istri Rabiatul Adawiah (25) beserta anak pertama mereka Aisyah (1), melakukan prosesi Tradisi Anak Pertama Surukan sebagai rasa syukur dan berharap anak pertama mereka terhindar dari hal-hal yang tak di inginkan.

Tradisi ini memang tidak diketahui siapa yang pertama kali menerapkannya, sehingga masyarakat mengikuti ritual tersebut. Namun, masyarakat suku Pattae di daerah Sulewatang meyakini hal tersebut sebagai tradisi turun temurun dari nenek moyang-nya yang mesti dilestarikan.

Ibu Hasmia (70) yang akrab disapa Tante Cammi, baru melakukan tradisi anak pertama surukan ini pada tahun 1990. ā€œSaya sudah lima kali pergi ke Sungai Surukan ituā€ ungkapnya saat dihubungi kontributor Pattae.com via Telefon.

Pua Sama Ida (76) sebagai Sando (pemangku adat), berharap tradisi Anak pertama di Sungai Surukan ini selalu lakukan. Melestarikan tradisi lanjutnya, Agar anak cucu mengenal tradisi nenek moyang-nya.

Mengingat umur dan kondisi Pua Sama yang sudah tua, ia pun berharap ada yang bisa menggantikan-nya sebagai juru kunci pelaksanaan ritual anak pertama di sungai Surukan.

Bahan Sesajen Tradisi Anak Pertama

Dalam pelaksanaan ritual, tentu membutuhkan ā€œsesajenā€ sebagai simbol persembahan kepada sang penguasa alam. Begitu pun dengan Tradisi Anak Pertama Surukan suku Pattae.

Adapun bahan yang harus di sediakan pada pelaksanaan tradisi anak pertama Surukan, antara lain; telur ayam kampung sepuluh butir, beras, Sokko dari beras ketan tiga warna (Merah, Putih, Hitam).  Terdapat juga Putti Barangan (Pisang), Benang Putih, Kaciq (kain kafan), Daun Bolu (daun siri), Kalosi (buah Pinang), kapuq (kapur), Daun baru, Kamannyang (dupa), Manuk cellaq (ayam kampung merah) dan Bala Suji.

Manuk cellaq wajib di potong di sekitar sungai Surukan. Kemudian kedua paha sampai kaki ayam yang sudah di sembelih tersebut, di masukkan ke dalam Bala Suji. Lalu sisa-nya, di masak untuk dimakan bersama sanak keluarga.

Bala Suji yang sudah di isi kedua paha kaki ayam, beserta Daun baru, putti barangan, sokko ketan merah, Hitam, dan Sokko Putih diatasnya ada telur ayam kampung.

Adapun telur ayam kampung yang diperlukan dalam tradisi ini ialah: Empat butir telur mentah dan Enam butir telur yang sudah di rebus.

Setelah semua yang diperlukan sudah ada dalam Bala Suji, kemudian ditutup dengan kain kafan. Setelah itu, diangkat ke tepi sungai dan di ikuti Anak Pertama dan kedua orang tuanya.

Sesampai di tepi Sungai Surukan, pas di bawah pohon yang berumur ratusan tahun. Pua Samaida, sebagai Sando pun, mengambil alih dalam prosesi ritual tradisi Anak Pertama Surukan ini.

Wajah kedua orang tua serta anak pertama dalam prosesi itu, dibasuh sebanyak tiga kali menggunakan air Sungai Surukan. Kemudian Sando menghanyutkan Bala Suji ke Sungai, beserta isinya.

Acara tradisi Anak Pertama Surukan ini, di akhiri dengan membacakan Do’a dan makan bersama sanak keluarga yang hadir.[Endi]*

Get notified whenever we post something new!

spot_img

Kirim Tulisan Anda

Bagi anda yang ingin tulisan nya dipublis di laman pattae.com, silahkan kirim ->

Continue reading

Reses di Tiga Desa, Ketua DPRD Tanggapi Keluhan BPJS, PKH, & Infrastruktur

Polewali Mandar Ketua DPRD Polewali Mandar (Polman) Fahry Fadly menggelar reses tahap ketiga Masa Persidangan Pertama Tahun 2025 di tiga titik wilayah Dapil Luyo, yakni Desa Mambu, Desa Luyo, dan Desa Pussui, pada 1–5 November 2025. Fahry menyampaikan terima kasih kepada...

Ajbar Bantu Nelayan di Polewali Mandar Alat Tangkap Ikan

Polewali Mandar Anggota DPR RI Komisi IV bidang Pertanian, Kelautan, dan Perikanan, Ajbar Abdul Kadir, kembali menyalurkan bantuan alat tangkap kepada dua kelompok nelayan di Dusun Garassi, Desa Nepo, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar. Dua kelompok penerima bantuan tersebut masing-masing...

Dukungan Senator Jufri untuk Pelajar Polewali di LCC MPR RI

Senator asal Sulawesi Barat, Jufri Mahmud, memberikan apresiasi dan dukungan penuh kepada siswa-siswi SMAN 3 Polewali yang berhasil terpilih sebagai perwakilan Provinsi Sulawesi Barat dalam Lomba Cerdas Cermat (LCC) Empat Pilar MPR RI 2025 yang digelar di Jakarta. Pertemuan antara...

Enjoy exclusive access to all of our content

Get an online subscription and you can unlock any article you come across.