Seorang Pria Rusak Kios...

Polewali Mandar Seorang pria bernama Haris diduga mengamuk dan merusak kios yang tengah dibangun...

Muswil PKB Sulbar: Penguatan...

Musyawarah Wilayah (Muswil) PKB Sulawesi Barat resmi menyelesaikan seluruh rangkaian pleno, mulai dari...

Hakordia 2025, Kejari Polman...

Polewali Mandar Kejaksaan Negeri Polewali Mandar memberikan apresiasi kepada enam Aparatur Sipil Negara (ASN)...

Rehab Jembatan Gantung di...

Polewali Mandar Rehabilitasi jembatan gantung sepanjang 60 meter di Desa Lenggo, Kecamatan Bulo, Kabupaten...
HomeTravelingBudayaMimmala Matamba Bulung,...

Mimmala Matamba Bulung, Ritual Suku Pattae yang Sarat Makna

Dalam keragaman budaya Nusantara, tradisi Suku Pattae yang berasal dari Sulawesi Barat memiliki keunikan tersendiri. Salah satu ritual sakral mereka, yaitu “Mimmala Matamba Bulung”.

Ritual tersebut hinga kini masih tetap dilestarikan oleh masyarakat khususnya warga Desa Kaleok, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polewali Mandar.

Penelitian Nikolas, Abdul Muttalib, dan Sulihin Asis dalam Journal Peqguruang (Vol. 3, No. 2, 2021) mengungkapkan analisis simbolik di balik ritual “Mimmala Matamba Bulung” dengan metode kajian semiotika Ferdinand de Saussure.

Ritual ini merupakan warisan leluhur yang masyarakat Kaleok yakini dapat membawa keberkahan, melindungi dari roh jahat, dan menjaga keseimbangan alam.

Pada pelaksanaannya terkait erat dengan kehidupan agraris masyarakat setempat. Ritual ini dipandang sebagai cara spiritual untuk memohon kesuburan tanah kepada Sang Pencipta, terutama di tengah tantangan bencana alam.

Simbol-simbol pelaksanaan Ritual Mimmala Matamba Bulung

Tradisi ini kaya akan simbol-simbol yang sarat makna. Sebanyak 22 penggunaan objek penting dalam prosesi ritual, mulai dari ayam jantan berwarna merah, daun aren, hingga tempat pemujaan seperti balayuk. Setiap objek memiliki fungsi khusus sebagai sarana persembahan kepada para dewa pelindung.

Berikut ini beberapa simbol utama dalam ritual Mimmala Matamba Bulung, yaitu:

  • Ayam Jantan Berbulu Merah (Manuk Londong Bulu Malea Letek Foam): symbol ini sebagai bentuk persembahan kepada dewa sebagai lambang keberanian dan perlindungan.
  • Bombong (Daun Pohon Aren) sebagai media doa yang tergantung di area pertanian, sumber air, dan rumah untuk membawa keberkahan.
  • Kaleleh (Ketupat Khas Pattae), symbol ini melambangkan hubungan timbal balik antara manusia dan dewa, berupa janji persembahan untuk kesejahteraan.
  • Balayuk, sebagai tempat pemujaan yang menjadi pusat prosesi ritual.
  • Tagalak (Batang Pohon) sebagai simbol penghubung antara manusia dan para dewa, khususnya saat menyembelih ayam sebagai persembahan.

Selain aspek spiritual, ritual Mimmala Matamba Bulung juga berfungsi sebagai sarana mempererat solidaritas sosial.

Masyarakat bergotong royong dalam mempersiapkan bahan-bahan, lokasi, hingga pelaksanaan ritual. Tradisi ini mengajarkan nilai-nilai kebersamaan yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Namun, seiring perkembangan zaman pelestarian budaya ini menghadirkan tantangan bagi keberlanjutan ritual. Sebagian generasi muda kini mulai kurang memahami simbolisme dan makna mendalam di balik tradisi ini. Peneliti menekankan pentingnya upaya edukasi agar tradisi Mimmala Matamba Bulung tidak punah.

Ritual ini bukan sekadar serangkaian upacara adat, tetapi juga ekspresi identitas budaya dan spiritual Suku Pattae.

Melalui hasil studi ini, harapannya, masyarakat luas dapat lebih memahami dan menghargai kearifan lokal yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan kehidupan komunitas Pattae.

Artikel ini menegaskan pelestarian budaya membutuhkan kesadaran kolektif, khususnya di tengah arus modernisasi yang kerap mengikis tradisi-tradisi lokal.[*]

Sumber: journal.lppm-unasman.ac.id*

Get notified whenever we post something new!

spot_img

Kirim Tulisan Anda

Bagi anda yang ingin tulisan nya dipublis di laman pattae.com, silahkan kirim ->

Continue reading

Rehab Jembatan Gantung di Lenggo Hampir Rampung, Akses Warga Segera Pulih

Polewali Mandar Rehabilitasi jembatan gantung sepanjang 60 meter di Desa Lenggo, Kecamatan Bulo, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, kini memasuki tahap akhir. Proyek karya bakti yang melibatkan prajurit Kodim 1402/Polman bersama masyarakat ini merupakan tindak lanjut arahan Danrem 142/Tatag, Brigjen...

Silaturahmi PAMDI Sulbar dan PAMDI Polman: Satukan Seniman Dangdut untuk Bangkitkan Musik Daerah

Polewali Mandar Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Artis Musik Dangdut Indonesia (DPD PAMDI) Sulawesi Barat melakukan silaturahmi dengan jajaran Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PAMDI Polewali Mandar. Pertemuan yang berlangsung di salah satu kafe di Polman pada Minggu, 7 Desember 2025, dihadiri...

Reses di Tiga Desa, Ketua DPRD Tanggapi Keluhan BPJS, PKH, & Infrastruktur

Polewali Mandar Ketua DPRD Polewali Mandar (Polman) Fahry Fadly menggelar reses tahap ketiga Masa Persidangan Pertama Tahun 2025 di tiga titik wilayah Dapil Luyo, yakni Desa Mambu, Desa Luyo, dan Desa Pussui, pada 1–5 November 2025. Fahry menyampaikan terima kasih kepada...

Enjoy exclusive access to all of our content

Get an online subscription and you can unlock any article you come across.