Muhammad Munawir Syarif, salah satu Dosen dari Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, menggelar kegiatan peningkatan kapasitas dan kesiapsiagaan warga terhadap bahaya bencana gempa bumi di Provinsi Sulawesi Barat.
“Kami memberikan semacam gambaran terkait potensi bencana yang ada di Desa Batetangnga, dan seperti apa kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana itu,” terang Pria Kelahiran Bone.
Hal tersebut dilakukan, sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dalam tridharma perguruan tinggi. Dosen pertanian UMI Makassar tersebut, melakukan sosialisasi di Desa Batetangnga, Senin (27/12/2021).
Ia menjelaskan, peingkatan kapasitas masyarakat dalam merespon dan memitigasi dampak / risiko bencana, perlu dilakukan sejak dini. Kata Munawir, jangan menunggu bencana datang baru ingin mengetahui.
“Memberikan gambaran tindakan kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi sebagai upaya peningkatan kapasitas daerah dengan 5 parameter. Pengetahuan dan sikap masyarakat, kebijakan pemerintah tingkat desa, rencana aksi tanggap darurat, sistem peringatan dini dan mobilisasi sumberdaya,” jelasnya.
Beberapa poin yang paparkan pada kegiatan tersebut seperti, bagaimana tindakan yang perlu disiapkan sebelum bencana terjadi. Kemudian, bagaimana saat bencana terjadi dan apa yang perlu dilakukan sebagai tanggap darurat. Setelah itu, penanganan apa yang akan dilakukan pasca bencana.
Kepala Desa Batetangnga Muhammad Said, menuturkan, kegiatan Pengabdian yang dilakukan Dosen UMI Makassar di Desa Batetangng, menurutnya sangat bernilai Positif.
“Bagi desa yang terpilih seperti Desa kita ini sangat beruntung karena adanya sosialisasi seperti ini masyarakat bisa Penyelamatan dini. Bagaimana mengevakuasi dirinya ketika terjadi bencana alam. Seperti gempa bumi, banjir atau longsor. Jadi, mereka tidak begitu panik menghadapi peristiwa yang terjadi. Karena, sudah paham bagaimana cara menghindar dan apa-apa saja yang akan dilakukan,” ungkapnya.
Diakhir kegiatannya, Munawir berharap, dengan adanya pelatihan ini Desa Batetangnga dapat menjadi pelopor sebagai desa tanggung bencana di Sulawesi Barat (Sulbar) khususnya bencana gempa bumi.[*]