Kopi Kurrak, Inovasi Ekonomi Masyrarakat Desa yang Menjanjikan

Kopi Kurrak
Aris, Kepala Desa Kurrak di Kedai Kopi Kurrak, Matakali, Polewali Mandar

“Kopi Tak akan Pernah Hilang di Dunia”

Aris, (Kepala Desa Kurrak)

Kopi Kurrak | Kutipan diatas merupakan perkataan salah satu kepala desa yang ada di Polewali Mandar yang menjadikan kopi sebagai inovasi ekonomi di desanya. Hal itu ia lakukan demi mendatangkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan ekonomi masyarakat di desa.  

Desa itu bernama Kurrak, terletak di area pegunungan Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Secara geografis, tanaman kopi sangat potensial dikembangkan di kampung itu.

Aris, selaku kepala desa Kurrak, yang mengembangkan inovasi ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja untuk masyarakatnya, melalui pertanian Kopi.

Sejak tahun 2018 silam, selaku pemerintah desa, ia mengembangkan pertanian kopi dengan menggunakan anggaran dana desa. Dengan mendatangkan bibit kopi berkualitas dari daerah Poso, Sulawesi Tengah, lalu dibagikan kepada para petani yang ada di desa Kurrak.

Hampir semua masyarakat desa Kurrak mendapatkan bibit tersebut dan menanamnya di lahan pertanian meraka masing-masing.

Hasil biji kopi dari daerah yang pernah dikunjunginya langsung tersebut, memiliki kualitas yang tak ia ragukan lagi. Hal itu menjadi alasan kepala desa yang gelar pendidikannya S.Ag tersebut, memilih biji kopi dari daerah Poso, untuk dikembangkan di desa Kurrak.

“Karena disana saya sudah lihat buktinya, buahnya, kualitiasnya. Makanya saya perbandingan dulu, belajar dulu disana baru saya kembangkan di desaku,” tutur Aris, Kepala Desa Kurrak saat ditemui di kedai Kopi, Sabtu 18/7/2020.

Pengolahan Kopi Kurrak

Selain membagikan bibit, pemerintah desa juga mengelolah hasil panen kopi dari para petani. Dalam proses pengelolahanya, mulai panen hingga menjadi kopi siap konsumsi pun tidak tanggung-tanggung.  

Kopi hasil panen para petani, diproses dengan melalui beberapa tahapan, seperti pemilihan hasil panen, dan proses penjemuran. Tahapan itu, guna menghasilkan kopi yang benar-benar berkualitas.

“Salah satunya menggunakan filper basa, sudah dipetik filper dulu. Jadi, itu kopi yang matang kita ambil dulu pasca panen yah. Kalau tidak masak kita tidak ambil karena itu merusak cita rasa kopi”. ungkapnya

“Lalu kita jemur, jemur juga itu standar, kalu kopi Kurrak itu diatas tanah. Ketinggian  30 cm dibuatkan diatas tanah pakai Dari (jaring penjemuran), kita tidak jemur di tembok, kerena ini masalah minuman”. lanjutnya

Selain itu, kepala desa Kurrak juga membuka usaha Kedai (Warkop) yang menyediakan kopi hasil panen para petani di desa Kurrak.

Nama kedai kopi tersebut juga diambil dari nama desa yaitu Kopi Kurrak yang berlokasi di jalan Trans Sulawesi, di daerah Matakali. Disana, tak hanya tersedia menu kopi pada umumnya. Kedai itu, juga menyediakan beragam cita rasa lain seperti, kopi rempah yaitu campuran kopi dengan jahe. Ada campuran rempah lain seperti serei, kayu manis, dan pala.

Selain kopi rempah, tersedia juga parfum kendaraan (Mobil) ber-aroma kopi yang siap dipasarkan. Masalah aroma tidak diragukan lagi bagi penikmat kopi.[*]